Langsung ke konten utama

Pantai Gua Cina



                Halo handai taulan, apa kabar? Semoga kamu semua diberkahi rahmat yang melimpah dari Tuhan Yang Maha Esa ya.

                Ini ceritanya saya lagi selo. Woles. Hehehe.

Selo karena baru saja di akhir pekan kemarin, saya berkunjung ke salah satu destinasi wisata di Indonesia yang sangattttttttttttttttttttt indah dan cantik. Eksotis. Yakni Gua Cina yang berada di Malang Selatan , bersebelahan dengan Desa Donomulyo yang juga mempunyai pantai  indah bernama Ngliyep. Entah, keindahan Gua Cina masih membius saya hingga tulisan ini dibuat. Selo sekali kan? Hihihi.

Jadi bersama ke-8 kawan karib, kami berangkat dari Surabaya pukul 21.00 WIB. Perjalanan yang direncanakan hanya memakan waktu sekitar 4 jam ternyata salah. Tahu tidak pukul berapa kami semua sampai di sana? Pukul 04.00 WIB. Hahahaha. Gila sekali kan telatnya. Buset buset. Keterlembatan itu datang karena kami salah memilih jalan menuju ke Sendangbiru, pantai yang berdekatan persis dari Gua Cina itu tadi. Nah bodohnya kawan saya yang menyetir ini lah yang menyebabkan keterlambatan ini terjadi. Kami diputar-putar di tengah hutan dan alas bak helikopter berpermadani terbang. Tapi, terlepas dari itu semua, syukurlah kami sampai dengan selamat di Gua Cina           

Jam 04.00 WIB dini hari pemandangan di sekitar pantai masih gelap. Tidak ada penerangan. Tapi untung ada kilatan sinar senter beberapa orang yang bercamping di pinggir pantai. Berbekal penerangan dari hape saya, saya berjalan menuju bibir pantai. Merasakan dan mendengarkan deburan ombak yang akan segera pasang. Byurrr byurrr splasssh. Disaat-saat seperti inilah saya mengijinkan diri untuk sejenak berkontemplasi sambil menikmati keindahan. Cipratan deburan ombak menjadi teman saya saat itu. Seloo selooo banget. Memikirkan apa yang harus saya lakukan ketika selesai mengunjungi Gua Cina ini.

Ini waktu saya sedang berkontemplasi. Selo!
Pemandangan pantai pukul 05.00 WIB
Ketika pagi mulai perkasa (sumpah ikii keren cukkk), air laut pantai Gua Cina biru menghampar luas di depan mata saya. Merangsang badan saya untuk segera berenang dan menikmati kesegaran airnya. Tinggal buka baju terus nyemplung. Segarnya. Nah ini yang unik, air laut Gua Cina tidak terasa lengket di kulit. Entah kenapa. Padahal, kalau ingatan belum berkarat, dulu sewaktu berenang di Pantai Ngliyep, badan-badan terasa lengket terkena air laut. Tapi ini tidak.

Yuhuuu!
Indonesia memang indah :3
Hihihi, ini ngapain???
                Gua Cina ini masih satu gugusan dengan Pantai Selatan yang terkenal angker gara-gara Nyi Roro Kidul-nya itu. Begitu sih kata teman saya. Terlepas dari angker atau tidaknya, yang jelas Gua Cina ini masih asri. Lautnya berwarna biru-biru kehijauan campur putih. Tak kalah juga indahnya bukit-bukit yang bertengger kokoh di pinggir-pinggirnya. Pasirnya pun juga putih-putih kekuningan. Ya boleh dibilang masih banyak yang belum mengetahui destinasi wisata Gua Cina ini.

Indah bukan?
Serasa kembali menjadi anak kecil lagi 
Yang jelas, kamu semua harus berkunjung ke Gua Cina ini. Sumpah sekali lagi, pantai ini masih keren cuk. Masih perawan. Tidak perlu membawa budget banyak-banyak. Cukup bawa 50.000 saja, kamu sudah bisa menikmati dan menggagahi keperawanan Gua Cina ini. Tarif parkirnya kalau tidak salah untuk mobil 5000 rupiah, sedangkan sepeda motor 2000 rupiah. Jajanan yang ditawarkan disini pun juga terjangkau harganya. Murah meriah, tapi tetap indah. Hihihi.
    
Pasir pantainya yang seakan tidak mau pisah dari kaki saya :)
                Sayangnya, waktu saya berkunjung kemarin, banyak juga pengunjung yang berbondong-bondong ke sana. Otomatis, ramai lah jadinya. Dan kalau sudah ramai, apa yang terjadi? Ya kamu tahu Indonesia-lah ya kalau ada acara besar atau ada tempat wisata baru yang mulai banyak dikunjungi orang-orang, disitu juga pasti akan ada banyak sampah. Ya, Indonesia Indonesia. You need help ma bro!

                Tapi yang jelas, keindahan pantainya seakan membius saya perlahan-lahan untuk semakin mencintai Indonesia. Dan hebatnya, saya baru sadar kalau saya tinggal di negeri yang begitu indah. 
Kemana saja saya selama ini?

Tuh kan selo lagi kan. Hehehe.

Siapa yang tidak ingin menikmati deburan ombak indah tersebut?
Salam,
                

Komentar

Favorites

Buah Tanggung Jawab

                Sialan!                 Sabtu kemarin (25/10/2014), saya tak sengaja menyerempet bagian depan mobil di kawasan sekitar kost saya. Apesnya lagi, karena saya yang salah, saya terpaksa membayar biaya perbaikan bagian yang saya serempet tersebut sebesar Rp 500.000,00.                 Buset dah, padahal goresan yang saya sebabkan hanya sepanjang 5 cm. Tapi harus mengganti Rp 500.000,00. Hiks.                 Sebenarnya saya bisa menghindari mobil tersebut. Namun, karena saya menekan rem bagian depan terlalu mendadak dan jalanan saat itu dipenuhi pasir bangunan, akhirnya jatuhlah saya. Istilah jawa-nya “ ngepot” .           ...

What's Next?

                 Ada sebuah keresahan datang di 9 hari setelah saya bertambah umur. Yakni soal “Apa yang akan saya lakukan selanjutnya?” Sebuah pertanyaan simpel bagi seorang anak TK. Tapi sebuah pertanyaan ancaman bagi generasi generasi muda seperti kamu dan juga saya. Ya, apa yang akan saya lakukan?                 Terlintas sebuah pikiran untuk bekerja. Tapi, kerja apa? Berbagai tawaran dan pilihan datang kepada saya. Ada tawaran dari seorang teman untuk menjaga franchise di salah satu tempat waralaba baru. Gajinya pun menarik. 1,2 juta. Glek!   1,2 juta itu ukuran yang besar bagi anak kost seperti saya. Belum tambahan uang saku dari orang tua yang saya dapat. Mungkin, dalam sebulan bisa kredit motor 2x lah ya. Hehehe.                 Alay -,-!     ...

Perbedaan

                 Oke,                 Ijinkan saya berbicara serius kali ini.                 Hehehe,                 Berkaitan dengan yang namanya perbedaan.                 Perbedaan bukanlah suatu ancaman. Tapi lebih dari itu. Perbedaan itu merupakan anugerah. Anugerah untuk saling menghargai sesama manusia yang berbeda. Kita diajak untuk menjunjung tinggi toleransi kepada sesama kita yang berbeda. Mungkin berbeda keyakinan atau agama, suku, ras, kebudayaan. Dan tugas utama kita yakni menghargai dan memberi tempat kepada mereka yang berbeda itu. Tak ada hal yang lebih baik selain menerima perbedaan itu.    ...