Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2013

Ketika Kepala Akan Mendidih

Aku masih meyakini bahwa diam adalah alternatif terbaik ketika perasaan hati sedang mendidih dilanda emosi yang berlebihan. Tapi tidak untuk malam ini. Ketika beban sudah menjamur di pundak dan kepala, rasanya solusi yang paling tepat adalah meneleponmu. Bercerita banyak sambil diselingi tawa. Ya, tawa yang sudah lama membeku karena rasa rindu ini. Tapi, solusi itu ternyata salah. Kesalahan itu terletak di sifat jelekmu yang tak kunjung hilang. Masih saja berpikiran negatif tentang aku. Yang aku sewot lah... Yang aku mendua dengan perempuan lain lah... Yang aku keluyuran tak jelas lah... Ah, embuh lah.... Isi kepala ini semakin mendidih. Sudah di ujung tanduk. Dan juga ubun-ubun. Tak mudah dikeluarkan. Tak seperti orang yang membuang pup nya. Ya sudahlah. Hanya ini saja yang ingin kuungkapkan. Mungkin, mengganti otak ini dengan otak milik Steve Jobs adalah solusi yang paling tepat. Salam,

Bingung!

                 Bilang saja saya sedang bingung di bulan ini.                 Bagaimana tidak bingung, ada 4 konser dari band favorit saya yang akan manggung di Surabaya dan Malang bulan ini. Dan saya bingung mau menonton yang mana, karena ada beberapa band yang manggungnya di waktu yang tidak tepat untuk saya. Haiya                 Yang pertama datang dari Mocca. Band pop indie asal Bandung yang baru saja merilis single terbarunya berjudul “Imaginary Girlfriend” ini akan manggung di Surabaya tepatnya di ITS tanggal 1 November 2013. Nah masalahnya, di tanggal tersebut saya harus mengikuti UTS yang menjadi agenda tetap kampus. Hancur sudah kesempatan saya untuk menonton Ariana sang vokalis bernyanyi dengan suaranya yang meliuk-liuk. Dan kemungkinan besar, saya akan melewatkan pertunjukan Mocca begitu saja. Padahal, jarang sekali ada event di Surabaya yang menampilkan Mocca sebagai guest star-nya. Hiks. Ini dari si sini                 Lalu yang kedua, datang dari THE

Dulu Yang Tak Pernah Sepi

                 Dulu, aku tak pernah merasakan susahnya mencari makan. Karena telah ada si suster yang menyiapkan aku makan.                 Dulu, aku tak pernah merasakan kesepian dan susahnya tertawa. Karena ada teman-temanku yang menghiburku di kala aku sedih dan sulit tertawa. Mereka tak lain adalah teman-teman di bawah naungan St Joseph brothers. Begitu kami menyebutnya                 Dulu, aku tak pernah merasakan susahnya kesulitan belajar. Ya karena itu tadi, ada teman-temanku yang siap membantuku untuk mengerti terhadap mata pelajaran yang tidak kumengerti.                 Dulu, aku tak pernah merasakan kegalauan. Karena ada para pastor pembimbing yang siap menampung segala masalahku ketika Bimbingan Rohani terjadi.                 Dulu, aku pernah merasakan nikmatnya naik gunung. Gunung Panderman tepatnya, di kawasan kota Batu. Bersama-sama menaiki tubuh gunung itu dengan jerih payah, dengan keringat, dengan jaket tebal yang membungkus badanku. Tentunya b

Sehari Hari dan Rasa Syukur

Pagi menjelang, fajar menyingsing, ayam berkokok. Seuntai cahaya berbentuk lingkaran masuk dari ventilasi kamar kostmu, membuat dirimu terjaga. Ah, ternyata sudah pagi. Tak terasa, tidurmu terasa singkat, yang pada dasarnya kau memang begadang karena menonton film “ The Pursuit of Happiness” dari ASUS-mu. Bergegas kau bangun dan duduk di samping kasur yang bisa membuatmu bahagia. Kau buat tanda salib, mengucap syukur dan memohon berkat untuk hari baru kepada Pencipta-Mu. Melegakan. Itulah kesan yang kau dapatkan setelah berkomunikasi dengan Pencipta-Mu. Sesudahnya, kau berdiri dan menuju ke lemari penyimpan makanan dan mengambil satu sachet kopi GoodDay, entah rasa apa itu tak menjadi masalah bagimu. Yang terpenting adalah manisnya kopi membuat kau sejenak melupakan pahitnya hidup. Karena hidup itu sudah pahit, tak perlu juga ditambahi dengan pahitnya kopi, kawan! Itulah prinsip yang kau dapat dari ayahmu,   yang juga sang penikmat kopi. Kau aduk kopi itu 6 kali ke kiri dan 3 k

Dunia itu Kejam?

“Aku baru sadar kalo sekolah iku penting yo. Makane Stan, awakmu sing nggenah lek kuliah. Dunia iku keras. Aku wes ngerasakno saiki”                 Itulah curahan hati dari salah seorang teman tadi malam. Beng Beng namanya. Tiba-tiba saja dia berucap seperti itu. Padahal sebelumnya kami bertiga, bersama Ryo, tertawa bersama sambil bermain kartu remi di ruang tamu kos’an.                 Dunia kejam? Keras? Saya rasa bukan dunianya yang keras, tapi penghuninya. Bukankah dunia sudah begitu baik kepada kita? Dunia memberi hadiah gratis dari alam macam air, udara, tanah, dan masih banyak lagi. Bukankah memberi itu baik?                 Lantas, penghuninya bagaimana?                 Ya mungkin kamu tahu sendiri lah. Atau mungkin kamu juga pernah mengalami bertemu dengan tukang parkir yang lebih mirip tukang palak karena memasang tarif seharga 3000 rupiah. Atau mungkin, kamu juga pernah bertemu dengan abang-abang penjual makanan yang melayanimu dengan tidak ramah. Atau mu

Tentang Kematian

                 Siang ini, dalam perjalanan pulang dari kampus menuju kost’an, secara tak sengaja saya menjumpai iring-iringan banyak orang yang mengantar jenazah yang meninggal. Ramai sekali suasananya. Sempat membuat macet jalanan beberapa menit. Yang menggotong kerandanya pun sampai mengucapkan “Allahu Akbar,Allahu Akbar,Allahu Akbar” sambil menangis. Mungkin, yang meninggal adalah orang yang dihormati di kampungnya. Kemungkinan juga baik. Dan syukurlah, masih ada orang baik di dunia ini.                 Hanya, ada yang terlintas. Melihat si penggotong keranda dan yang lainnya menangis, saya jadi berpikir. Apakah kalau saya meninggal, orang-orang akan bersedih juga? Apakah ada orang yang menangisi kepergian saya? Berapa banyak yang akan bersedih? Atau, mereka akan menanggapinya dengan biasa saja?                 Pernahkah kamu berpikir seperti ini juga?                 Apakah ukuran berarti tidaknya hidup seseorang ditentukan dengan banyaknya orang yang mengantar jen

( Sekali Lagi ) Tentang Mimpi

Terkadang, mempunyai mimpi itu juga berarti sama dengan menanggung sebuah beban. Setidaknya itu yang saya rasakan hari ini. Mimpi-mimpi saya juga menjadi beban saya. Berani bermimpi, berani menambah beban hidup. Mbulet. Kamu pasti tahu kan tulisan saya tentang mimpi berkuliah di Universitas Brawijaya yang akhirnya tidak terwujud? Ya, mimpi itu sampai sekarang terus menghantui saya. Dan kalau sudah berhubungan dengan hantu-hantu, pasti kamu akan merasa takut kan? Ya, saya juga takut. Takut kalau mimpi saya ini benar-benar tidak terwujud, alias nol gede, yang bisa dipersepsikan sebagai bualan belaka. Duh. Hantu mimpi saya ini datang setiap saya lewat depan universitas negeri ternama yang ada di Surabaya. Apalagi kalau bukan Unair. Setiap saya lewat depan Unair, pikiran saya langsung melayang ke UB. Memang tidak ada hubungannya ya, tapi kan sama-sama universitas negeri, universitas terbaik, universitas dimana seluruh individu yang ada di negeri ini berlomba-lomba untuk masuk ke

Antara Gado-Gado dan Kerja Keras

"Dibalik apa yang kita makan, kita minum, kita pakai, kita tinggali, kita tangisi, kita cintai, dan kita sesali, terdapat setitik kerja keras seseorang dari semuanya itu" Ya, tiba-tiba pikiran seperti ini muncul saat saya makan gado-gado tadi pagi. Lalu, apa hubungannya kalimat tersebut dengan gado-gado? Bingung? Maafkan. Salam,

Idealis?

                 Saya idealis?                 Ya, bisa dikatakan begitu juga sih. Tidak terlalu idealis, ya bisa dikatakan begitu juga. Lalu, kenapa saya membuat kalimat pembuka seperti ini ya? Bingung kan? Maafkan.                 Semenjak keluar dari almamater SMA saya (Seminari Garum), tak dipungkiri kalau saya menjadi lebih idealis. Lebih keras kepala. Buktinya ya terlihat ketika saya kuliah sekarang ini. Ketika ada kuis salah satu mata kuliah misalnya, saya selalu mengharamkan yang namanya menyontek. Padahal dulu, kalau ingatan belum berkarat, semasa SMP saya gemar dan menghalalkan yang namanya menyontek. Ada PR tapi malas mengerjakan, nyontek punya teman. Ada ulangan tapi tak sempat belajar, ya nyontek lagi. Paling sering nyontek pelajaran Matematika dan Fisika. Matematika, ya kamu tahu sendiri lah, mungkin 99,99% orang di dunia ini membenci yang namanya Matematika. Hehehe. Kemudian Fisika. Saya paling sebal sama pelajaran ini. Pernah saya mengerjakan soal Fisika meng