Langsung ke konten utama

Insomnia!


                Semalam, saya tidak bisa tidur.

                Saya sendiri tidak tahu masalahnya. Miring ke kiri, miring ke kanan tetap saja tidak mampu membuat tidur saya nyenyak. Akhirnya, saya naik ke loteng atas kost-kost’an, merenung, kali saja dapat inspirasi.

                Tapi, sesampainya di loteng atas kost-kost’an, nyamuk sepertinya menikmati keindahan tubuh saya. Gigit kepala, kaki, tangan, mulut, sampai bentol semuanya. Tapi tak apalah. Digigit nyamuk menurut saya adalah donor darah yang gampang. Tidak pakai suntik.  Dan juga dapat pahala. Karena beramal menyumbangkan darah untuk kehidupan nyamuk. Hehehe.

                Saya kembali lagi ke ruang tamu. Melihat televisi. Menonton acara khusus laki-laki di trans7, Mata Lelaki. Hehehe. Tahu kan? Acara yang presenternya sexy sekali itu. Saya lupa namanya.

Tapi, ...

Ngantuk kok malah nonton yang begituan? Jancuk! Mata malah bertambah besar. Semakin menikmati keindahan ciptaan Tuhan. Semakin membangkang untuk tidak merem. Haduh.

Akhirnya, saya kembali lagi ke kamar. Pikir saya “ Pokok’e aku kudu iso turu. Embuh carane yok opo kudu iso turu”. Sempat teringat sitkom Mr.Bean dimana dia tidak bisa tidur yang akhirnya menghitung jumlah domba. Tapi, bodoh sekali saya kalau ikut cara seperti itu.

Di kamar,  saya tiduran di kasur. Memandang langit-langit kamar, sambil berdendang lagu-lagu slow yang sempat terlintas di kepala. Baru sekali ini saya mengalami insomnia yang lebay. Insomnia yang bila dirasakan sungguh-sungguh ternyata tidak mengenakkan. Menjengkelkan. Saya tidak tahu bagaimana dengan orang-orang yang mengidap penyakit insomnia akut. Apakah mereka bahagia ya dengan insomnianya tersebut?

Kalau sudah begini, saya jadi ingat dengan rumah. Nyaman sekali. Rumah yang membuat saya nyaman untuk tidur. Kasurnya empuk. Nyamuknya yang tidak bandel. Dan hal-hal lainnya yang membuat saya ingin tidur di rumah lagi. Terkadang, saya tidur bersama dengan Gerald, adik saya yang kecil. Tapi di kost? Sendiri. Sunyi. Tak ada yang menemani. Huhuhu.

**********

Saya tak ingat kapan akhirnya saya bisa tidur dengan nyenyak. Bangun-bangun sudah jam 06.30 WIB. Yang paling terasa, pinggang saya terasa sakit dan nyeri. Badan juga terasa remek. Sempat terlintas untuk tidak ingin masuk kuliah pagi tadi. Tapi, karena janji saya kepada orang tua di rumah, akhirnya saya putuskan untuk bangun dan kuliah. Masa gara-gara insom, saya harus merelakan uang kuliah yang setiap semester dibayar oleh orang tua?

Akhirnya saya pun bergegas mandi, menyiapkan buku, memanaskan motor, dan menuju ke kampus. Biarlah tidur saya tadi malam menjadi satu dari 365 tidur saya di tahun ini yang tidak berhasil saya selesaikan. Yang terpenting, saya memperoleh manfaat dari insom saya. Apa itu?

Ya tulisan ini. Tidak bisa tidur, tapi dapat inspirasi untuk menulis. Hehehe.

Bingung? Maafkan.

Salam,

Komentar

Favorites

Sambil tak Henti-Hentinya Berharap

Terima kasih atas segala energiku yang kuhabiskan untuk bersabar, berdoa, menunggu, sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih atas badan ini yang tahan terhadap gempuran angin malam sepulang dari gereja, hujan badai yang deras maupun rintik, panas yang menyengat sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih atas waktu dan kesempatan yang mempertemukanku dengan partnerku saat ini, yang tak segan dan berani mengajakku yang notabene tidak bisa apa apa ini untuk membuka usaha (semoga lancar kedepannya) sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih untuk orang orang hebat di belakangku. Mama, Grestikasari, Ojik, Clemen, Gerald dan Papa yang menempaku untuk hebat sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih Tuhan Yesus, Terima kasih Semesta, Terima kasih Harapan, Sambil tak henti-hentinya berharap. Surabaya, 19 Februari 2019 Kaospolosclub Office Jl. Ngagel Jaya Barat No.33

Sebuah Tantangan Untuk Setia

“Kesetiaan berarti ketulusan untuk menyimpan satu nama dalam hati lalu berjanji tidak akan pernah mengkhianati”                                                                 Indri Mozzhel                                 Ya, kenapa tidak mencoba untuk setia? Malah mencoba selingkuh?                 Pertanyaan itu yang mendasari saya terhadap laki-laki di jaman sekarang ini. Saya tidak tahu mengapa laki-laki begitu mudahnya menyakiti perasaan hati seorang perempuan. Dengan cara selingkuh pula. Bukan berarti perempuan tidak bisa sih. Tapi memang, kebanyakan yang selingkuh dan yang dijadikan “objek” oleh sinetron-sinetron di Indonesia untuk berselingkuh adalah laki-laki. Dan saya sebagai laki-laki yang miris melihat   sinetron Indonesia yang seperti itu, tergerak untuk mengutarakan pendapat. Bahwa tidak semua laki-laki itu selingkuh.                 Alasannya? Ya saya. Saya tidak pernah selingkuh. Tapi pernah diselingkuhi. Hiks.                 Ah sudahlah, sakit hat