Langsung ke konten utama

Kopi Pertama Pagi Ini


                Kopi pertama pagi ini manis. Dan masih setia mengepulkan asapnya. Pertanda bahwa hari ini akan banyak manusia, dan hampir semua individu di dunia yang mengepulkan semangatnya untuk mencapai mimpi mereka. Setidaknya, satu mimpi hampir terwujud dalam satu hari. Tak apalah, yang penting semangatnya tak pernah pudar.

                Masih ditemani kopi sambil mendengarkan si Monty Tiwa bernyanyi. Tapi sepertinya, si kopi mulai kedinginan. Terlihat, semangat dia untuk mengepulkan asapnya mulai pudar. Tapi, rasanya masih tetap manis di mulut. Pertanda dia mulai lelah bekerja, butuh sedikit istirahat, tapi masih bisa tersenyum dan bahagia dalam kelelahannya. Salute!

“Pernahkah kau merasa tidak pernah merasa, Sepi.

Pernahkah kau merasa tidak pernah merasa, Sunyi.

Aku tak pernah, aku selalu, merasakannya

Kosong...

Pernahkah kau terbangun dan merasa semua, Semu.

Pernahkah kau inginkan lari dari dirimu kini.

Itulah aku, aku selalu, merasakannya,

Kosong...”

(Monty Tiwa, dalam lagunya “Kosong)


               Satu seruput lagi dari kopi, dan habislah sudah. Tetesan kopi yang tumpah menjadi bercak tersendiri di badan si kopi. Menimbulkan warna yang artistik bin eksotik. Pertanda bahwa ia mau menerima bercak tetesan yang kotor itu menjadi perpaduan yang indah. Not complicated. Sebuah masalah akan selesai ketika kalian bisa mengubahnya menjadi sebuah perpaduan dan tantangan untuk hidup. Agar hidup menjadi indah.


Slllluuurrrrrpppp, eh, si kopi sudah habis. Yasudah, pertanda saya harus segera mengepulkan semangat untuk kehidupan yang indah. Salam :)


                 *Kopi pertama pagi ini masih kaya akan rasa dan pengalaman.
Padahal hanya sebatas Good Day Cappucinno.
19.24 WIB.
Kopi pertama pagi ini, manis. Tapi eksotis :) 

Komentar

Favorites

Sambil tak Henti-Hentinya Berharap

Terima kasih atas segala energiku yang kuhabiskan untuk bersabar, berdoa, menunggu, sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih atas badan ini yang tahan terhadap gempuran angin malam sepulang dari gereja, hujan badai yang deras maupun rintik, panas yang menyengat sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih atas waktu dan kesempatan yang mempertemukanku dengan partnerku saat ini, yang tak segan dan berani mengajakku yang notabene tidak bisa apa apa ini untuk membuka usaha (semoga lancar kedepannya) sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih untuk orang orang hebat di belakangku. Mama, Grestikasari, Ojik, Clemen, Gerald dan Papa yang menempaku untuk hebat sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih Tuhan Yesus, Terima kasih Semesta, Terima kasih Harapan, Sambil tak henti-hentinya berharap. Surabaya, 19 Februari 2019 Kaospolosclub Office Jl. Ngagel Jaya Barat No.33

Sebuah Tantangan Untuk Setia

“Kesetiaan berarti ketulusan untuk menyimpan satu nama dalam hati lalu berjanji tidak akan pernah mengkhianati”                                                                 Indri Mozzhel                                 Ya, kenapa tidak mencoba untuk setia? Malah mencoba selingkuh?                 Pertanyaan itu yang mendasari saya terhadap laki-laki di jaman sekarang ini. Saya tidak tahu mengapa laki-laki begitu mudahnya menyakiti perasaan hati seorang perempuan. Dengan cara selingkuh pula. Bukan berarti perempuan tidak bisa sih. Tapi memang, kebanyakan yang selingkuh dan yang dijadikan “objek” oleh sinetron-sinetron di Indonesia untuk berselingkuh adalah laki-laki. Dan saya sebagai laki-laki yang miris melihat   sinetron Indonesia yang seperti itu, tergerak untuk mengutarakan pendapat. Bahwa tidak semua laki-laki itu selingkuh.                 Alasannya? Ya saya. Saya tidak pernah selingkuh. Tapi pernah diselingkuhi. Hiks.                 Ah sudahlah, sakit hat