Langsung ke konten utama

Horor Kamar Kost


                3 hari yang lalu, tepatnya Rabu (19/2/14) ada sebuah kejadian horor di kost-an saya. Dan yang mengalami kejadian itu adalah SAYA di antara 19 orang lainnya yang tinggal di kost-an saya ini. Yihaaa, yang saya tak habis pikir, kenapa kok harus saya? Duhkah.

                Jadi begini ceritanya, ...

                Sore itu, setelah bangun dari tidur siang yang kepanjangan menurut saya, dari jam 1 hingga bangun jam 6 sore, saya menuju ke kamar salah satu anak kost untuk meminta minum. Namanya Mas Rizal, mahasiswa S2 ITS jurusan Elektro. Semua masih berjalan normal dan apa adanya. Tidak ada yang mencurigakan waktu itu.

                Kemudian, selesai minum dan berbasa-basi sebentar dengan Mas Rizal, saya menuju ke kamar mandi untuk mengeluarkan hasrat kencing yang telah saya tahan sebelum saya tidur siang. Hahaha. Lama sekali bukan ngempetnya? Stanlee Stanlee, kena muntaber kamu lama-lama. Nah yang saya tak habis pikir, kenapa kok harus muntaber? Mencret? Kenapa bukan sakit yang sedikit elit, macam stroke, diabetes, panuan mungkin. Ini yang membingungkan.

Plakkkkk!! Fokus Fokusss! Tuh kan akhirnya melantur lagi.

                Selesai kencing, saya kembali ke kamar untuk mengambil peralatan mandi. Nah disini yang horor. Waktu mau membuka pintu, tiba-tiba pintu tidak bisa dibuka dari luar. Saya coba lagi, tetap tidak bisa. Akhirnya saya melihat ke sela-sela pintu. Lah kok ndilalah, ternyata pintu itu terkunci sendiri dari dalam. Dan gawatnya, kuncinya itu ada di dalam kamar. Lha kok bisa? Itu yang saya bingungkan. Sampai saya menulis ini pun, saya masih bingung dengan kejadian tersebut.

                Untungnya, di sebelah pintu saya ada jendela kamar saya. Akhirnya saya membuka jendela saya dengan mengambil kaca-nya satu persatu. Agak kesulitan waktu membuka kacanya. Karena rangka kacanya sudah agak berkarat.

                Akhirnya, kaca jendela sudah berhasil saya ambil semua dan mengambil kunci kamar saya yang sekali lagi masih menempel di dalam gagang pintu.

                Tak lama kemudian, Mas Rizal dan Mas Wahyu datang. Mereka berdua bingung melihat saya menurunkan kaca jendela saya semua. Saya ceritakan kejadian aneh yang saya alami tersebut ke mereka. Lha kok ndilalah  sekali lagi, Mas Wahyu berkata kepada saya,

                “Biyen sak durunge awakmu nang kamar iki, arek kost sing jenenge pak Gani yo tau Stan ngalami kejadian koyok iku maeng. Kekunci tekan njero. Wah, ati-ati loh yo lek turu dewean” kata Mas Wahyu.

                Saya hanya terdiam dan tertegun. Masak iya? Itulah pikiran pertama saya. Kejadian “mengunci kamar sendiri dari dalam padahal kuncinya ada di dalam” sudah terjadi 2 kali. Dan kejadiannya di kamar saya ini. Tidakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk!

                Sialnya lagi, malamnya saya tidak bisa tidur. Saya masih terbayang bayang perkataan Mas Wahyu. Ah sial sekali lah saya. Mungkin karena saya belum membagi berkat untuk kamar ini. Atau mungkin, penunggu kamar saya tidak suka dengan saya. Mungkin sensi dengan saya.

                Ah sudahlah, semakin aneh saya kalau memikirkan kejadian ini terusan. Tapi yang pasti, buat kamu kamu penunggu kamar saya, jangan jahat-jahat ya sama saya. Saya cuma numpang tidur aja kok. Janji deh gak bakal aneh-aneh.

                Yasudah, satu kata buat kamu kamarku, NGERIIII!

Salam,
                

Komentar

Favorites

Menuai

“Sabarmu panjang, tuaianmu ya pasti besar” Begitu kira-kira isi pesan Whatsapp yang saya terima menjelang maghrib dari pacar saya, Si Grace. Hati serasa plong begitu melihat isi pesan tersebut. Serasa ada yang mengingatkan bahwa apa yang saya alami sekarang ini sifatnya hanya sementara. Ya, saya percaya akan ada hal baik yang terjadi di hidup saya sebentar lagi. No excuses, just believe . ********** “ Cepat makan! Sabar juga butuh makan!” sambung si Grace dengan emoji marah. Ah iya saya lupa, sabar juga butuh makan ternyata.

Sambil tak Henti-Hentinya Berharap

Terima kasih atas segala energiku yang kuhabiskan untuk bersabar, berdoa, menunggu, sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih atas badan ini yang tahan terhadap gempuran angin malam sepulang dari gereja, hujan badai yang deras maupun rintik, panas yang menyengat sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih atas waktu dan kesempatan yang mempertemukanku dengan partnerku saat ini, yang tak segan dan berani mengajakku yang notabene tidak bisa apa apa ini untuk membuka usaha (semoga lancar kedepannya) sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih untuk orang orang hebat di belakangku. Mama, Grestikasari, Ojik, Clemen, Gerald dan Papa yang menempaku untuk hebat sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih Tuhan Yesus, Terima kasih Semesta, Terima kasih Harapan, Sambil tak henti-hentinya berharap. Surabaya, 19 Februari 2019 Kaospolosclub Office Jl. Ngagel Jaya Barat No.33