Langsung ke konten utama

Sedikit Waktu untuk Memanusiakan Manusia


                Sekarang, bahasa panggilan “bro” sedang populer di kalangan masyarakat Indonesia. Betul? Akhirnya, Indonesia bisa gaul juga layaknya negara-negara Barat sana. Aishh, bikin saya merinding.

Oke bro, sudah sekitar 1 bulan lebih saya tidak menulis di blog saya ini. Bukan karena adanya masalah, melainkan karena tidak ada waktu saking sibuknya. Dan di saat menulis topik ini pun, saya juga masih sibuk, tapi sudah tidak sesibuk seperti kesibukan 1 bulan yang lalu.

Oke, kata “sibuk” banyak sekali. Intinya, sekarang saya sedang santai :)

Kali ini saya tidak ingin membahas tema yang berat-berat. Santai saja. Simple 

Jadi gini,

Terkadang, kualitas seseorang bukan dilihat dari seberapa banyak dia berdoa, agama apa yang mereka anut, seberapa sering mereka pergi ke tempat ibadah, banyaknya mereka memberikan sumbangan atau amal. Bukan, bukan dari itu. Melainkan dari sikap dan perilaku mereka yang akhirnya menunjukkan seberapa berkualitasnya orang itu. Lebih tepatnya, manusia berkualitas yang memanusiakan manusia.

Intinya, jangan sampai orang-orang di sekitar kalian merasa terganggu dan enggan dengan kehadiran kalian. Apalagi menolak kehadiran kalian. Cobalah hal-hal atau sikap yang akhirnya membuat mereka menerima kalian. Atau lebih bagus lagi, saat kalian tidak berada di antara mereka, ada sesuatu dari kalian yang dirindukan oleh mereka. Disitulah inti dari memanusiakan manusia (menurut saya )

Sumpah, ini topik yang enteng dan asoi bener. Hahaha. 

Yasudahlah. Saya melanjutkan kesibukan saya dulu

 Oiya, sekali lagi dari saya, lebih enak manggil “mas” daripada “bro” :) 

Salam

Sembari menyeruput kopi,
dan menyembah Down Under Down Under – Dochi Sadega

Komentar

Favorites

Sambil tak Henti-Hentinya Berharap

Terima kasih atas segala energiku yang kuhabiskan untuk bersabar, berdoa, menunggu, sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih atas badan ini yang tahan terhadap gempuran angin malam sepulang dari gereja, hujan badai yang deras maupun rintik, panas yang menyengat sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih atas waktu dan kesempatan yang mempertemukanku dengan partnerku saat ini, yang tak segan dan berani mengajakku yang notabene tidak bisa apa apa ini untuk membuka usaha (semoga lancar kedepannya) sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih untuk orang orang hebat di belakangku. Mama, Grestikasari, Ojik, Clemen, Gerald dan Papa yang menempaku untuk hebat sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih Tuhan Yesus, Terima kasih Semesta, Terima kasih Harapan, Sambil tak henti-hentinya berharap. Surabaya, 19 Februari 2019 Kaospolosclub Office Jl. Ngagel Jaya Barat No.33

Sebuah Tantangan Untuk Setia

“Kesetiaan berarti ketulusan untuk menyimpan satu nama dalam hati lalu berjanji tidak akan pernah mengkhianati”                                                                 Indri Mozzhel                                 Ya, kenapa tidak mencoba untuk setia? Malah mencoba selingkuh?                 Pertanyaan itu yang mendasari saya terhadap laki-laki di jaman sekarang ini. Saya tidak tahu mengapa laki-laki begitu mudahnya menyakiti perasaan hati seorang perempuan. Dengan cara selingkuh pula. Bukan berarti perempuan tidak bisa sih. Tapi memang, kebanyakan yang selingkuh dan yang dijadikan “objek” oleh sinetron-sinetron di Indonesia untuk berselingkuh adalah laki-laki. Dan saya sebagai laki-laki yang miris melihat   sinetron Indonesia yang seperti itu, tergerak untuk mengutarakan pendapat. Bahwa tidak semua laki-laki itu selingkuh.                 Alasannya? Ya saya. Saya tidak pernah selingkuh. Tapi pernah diselingkuhi. Hiks.                 Ah sudahlah, sakit hat