Langsung ke konten utama

Sejenak Waktu Untuk Merokok Kreativitas


                Saya seorang laki-laki. Dan sebagaimana seorang laki-laki, saya pernah mencoba-coba merokok. Djarum Super 12, Black Menthol, Black Cappucinno, Marlboro Ice Blast, Marlboro Black Menthol pernah singgah di mulut saya yang eksotis bin monyong ini. Untung, mulut saya tidak kebakaran.

                Sebenarnya, saya tidak ada masalah dengan orang yang merokok. Toh saya tahu, mereka merokok untuk kesenangan mereka sendiri. Dan saya tidak berhak melarang kesenangan orang lain. Wong saya bukan Presiden, dan bukan juga Tuhan. Beda dengan ABG labil yang merokok untuk mencari jati diri dan biar dianggap keren oleh orang lain. Aishh, kalau boleh saya bilang, ABG-ABG labil yang alay ini hanya mengejar “pencitraan” saja. Sungguh, alay.

                Pernah suatu hari, teman saya dilanda stress berat karena baru saja putus dari pacarnya dan banyaknya spidol merah di raportnya. Dia jadi labil, marah-marah tidak jelas, banting sana banting sini, hingga telanjang bulat ketika main sepakbola ( Oke, yang terakhir ini hanya khayalan saya ). Tapi anehnya, dengan satu batang rokok, dia bisa melupakan masalahnya dan sudah bisa tersenyum kembali. Kalau tidak salah, rokoknya waktu itu Djarum Super 12 yang diecer di warung depan kampus kami. Saya cuma bisa senyum-senyum sendiri. Ternyata, kebahagiaanya ada di rokok. Rokoklah yang membuat dia menjadi dia yang dulu sebelum masalahnya ada. Sangar!

                Lalu, pernah waktu SMA, guru Bahasa Inggris saya yang bernama Pak Nugie memberikan kata-kata yang menurut saya sangat bagus dan legend. Begini...

“Merokok itu ga selalu salah kok,mas. Saya pernah tanya ke Pak Parsudi (guru Bahasa Indonesia kami yang memang perokok kelas kakap) alasan dia merokok sampai badannya kurus seperti sekarang ini. Jawabannya simple. Kata beliau, kalau dia ga merokok, dia ga bisa mencari uang untuk menghidupi keluarganya. Karena dari merokoklah, dia mendapatkan inspirasi untuk menulis dan akhirnya dapat uang untuk keluargnya. Jadi, merokok itu ga salah, malah untung kalau saya bilang”.

Legend!

                Entah darimana beliau mendapatkan kata-kata indah ini, tapi kalau dilogika, memang ada benarnya juga. Merokok tidak selalu salah. Yang salah adalah pemikiran orang-orang banyak mengenai rokok. Mereka berpikiran bahwa orang yang merokok adalah orang yang nakal, tidak berguna, dsb. Itu salah. Buktinya, banyak orang-orang terkenal yang merokok. Dan mereka juga bisa berkarya. Contohnya Mbah Surip. Dia bisa tahan lapar asal ada rokok dan kopi. Dan dia juga bisa berkarya. Lalu Butet Kertaredjasa, budayawan yang tidak hanya mempunyai kebiasaan merokok, tapi juga mempunyai kebiasaan mengoleksi rokok. Dan dia juga bisa berkarya kan? Dan satu lagi yang mengejutkan, pelantun lagu “Someone Like You” yakni Adele juga seorang perokok berat. Hampir setiap dia akan naik panggung, dia akan merokok terlebih dahulu. Dan buktinya sekali lagi, dia juga bisa berkarya, bahkan di kancah musik dunia. Sangar to? Enak to?

                Eits, maksud dan tujuan saya menulis ini bukan menganjurkan kamu-kamu semua untuk merokok. Bukan, bukan itu. Saya hanya ingin mengajak kamu mempunyai cara pandang yang positif terhadap rokok serta menghargai seorang perokok. Sekali lagi, relativisme. Kesenangan orang sendiri-sendiri. Tidak ada yang sama. Kalau merokok bisa membuat seorang perokok bahagia dan senang, yasudah biarkan saja. Hargai dan terima itu. Toh, mereka merokok bukan pakai uang kamu kan?

                Memang, merokok dapat menyebabkan kanker, gangguan janin, jantung, dan banyak penyakit-penyakit aneh lainnya. Nanti pasti ada waktunya bagi seorang perokok untuk berhenti dan sadar. Bagi saya pribadi, saya lebih menghargai seorang perokok daripada seorang peminum. Minuman keras yang bermerk saja berharga di atas Rp 500.000,00 dan efeknya lebih besar daripada rokok. Om dari pihak ibu saya pernah meninggal di usia 35 terkena liver karena setiap hari minum miras. Sayang kan, hanya karena minum miras setiap hari, akhirnya meninggal di usia muda. Bandingkan dengan orang-orang yang di masa tuanya masih merokok. Mereka bisa hidup lebih lama daripada yang minum miras. Gila kan?

                Tangan saya pernah kena rokok salah satu teman saya. Dan itu sakit. Tapi lebih sakit lagi jika waktu itu saya berbicara begini ke teman saya “Kamu ini merokok saja. Kayak orang ga berguna aja“. Intinya, jangan melarang kesenangan orang lain. Mereka berhak kok senang dan bahagia dengan caranya sendiri. Asoi.

Salam :)

Komentar

Favorites

Sambil tak Henti-Hentinya Berharap

Terima kasih atas segala energiku yang kuhabiskan untuk bersabar, berdoa, menunggu, sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih atas badan ini yang tahan terhadap gempuran angin malam sepulang dari gereja, hujan badai yang deras maupun rintik, panas yang menyengat sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih atas waktu dan kesempatan yang mempertemukanku dengan partnerku saat ini, yang tak segan dan berani mengajakku yang notabene tidak bisa apa apa ini untuk membuka usaha (semoga lancar kedepannya) sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih untuk orang orang hebat di belakangku. Mama, Grestikasari, Ojik, Clemen, Gerald dan Papa yang menempaku untuk hebat sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih Tuhan Yesus, Terima kasih Semesta, Terima kasih Harapan, Sambil tak henti-hentinya berharap. Surabaya, 19 Februari 2019 Kaospolosclub Office Jl. Ngagel Jaya Barat No.33

Sebuah Tantangan Untuk Setia

“Kesetiaan berarti ketulusan untuk menyimpan satu nama dalam hati lalu berjanji tidak akan pernah mengkhianati”                                                                 Indri Mozzhel                                 Ya, kenapa tidak mencoba untuk setia? Malah mencoba selingkuh?                 Pertanyaan itu yang mendasari saya terhadap laki-laki di jaman sekarang ini. Saya tidak tahu mengapa laki-laki begitu mudahnya menyakiti perasaan hati seorang perempuan. Dengan cara selingkuh pula. Bukan berarti perempuan tidak bisa sih. Tapi memang, kebanyakan yang selingkuh dan yang dijadikan “objek” oleh sinetron-sinetron di Indonesia untuk berselingkuh adalah laki-laki. Dan saya sebagai laki-laki yang miris melihat   sinetron Indonesia yang seperti itu, tergerak untuk mengutarakan pendapat. Bahwa tidak semua laki-laki itu selingkuh.                 Alasannya? Ya saya. Saya tidak pernah selingkuh. Tapi pernah diselingkuhi. Hiks.                 Ah sudahlah, sakit hat