Langsung ke konten utama

Sukses : Identik dengan Harta?


Hola blog,

Lama sekali saya tidak menyempatkan menulis di sini

Selain sibuk untuk meraih gelar secepat mungkin, ada beberapa kesibukan lain yang harus diselesaikan untuk bertahan hidup.

Jadi maafkeun ya,

Huehehehe.

Judul saya kali ini kelihatan serius sekali.

Memang saya akan berbicara serius di postingan kali ini. Mengingat sering sekali pertanyaan yang menjadi judul tulisan ini terlintas dipikiran saya. Apakah benar bahwa sukses harus identik dengan banyak harta? Kalau iya, kenapa orang orang yang hartanya dibawah rata rata bisa tersenyum walau ada begitu banyak masalah dibalik senyumannya itu. Lantas kalau tidak, kenapa orang orang yang sudah sukses dengan bergelimang harta juga masih bisa bersedih ketika ada masalah yang menimpanya?

Gila!

Sepertinya saya cocok jadi filsuf nih.

Huehehehehe.

Sering saya bertanya ke kawan kawan saya disaat kami sedang nongkrong, apa artinya sukses bagi mereka? Banyak yang menjawab sukses itu diiringi dengan kehidupan ekonomi yang membaik. Bisa beli ini itu tanpa harus pusing memikirkan biaya hidup yang lain.

Mau Iphone 7, tinggal beli.

Mau tempat tinggal yang lebih baik, tinggal cari.

Mau istri 2 , tinggal nikah lagi.

Huehehehe.

Ya, selalu ekonomi yang menjadi patokan kesuksesan seseorang. Memang benar, kalau uang juga penting untuk hidup kita. Tapi kalau memang uang begitu penting, lantas kenapa ada beberapa orang yang mempunyai pandangan “uang tidak menjamin hidupmu bahagia?” :)

*****

Saya pernah tinggal 2 malam 1 hari bersama seorang penjual balon di daerah alun-alun kota Malang. Namanya Pak Thamrin. Setiap hari, beliau hanya mampu menjual 10-15 balon dengan pendapatan bersih kira kira Rp 45.000. Lantas uang tersebut digunakannya untuk membeli makan bagi ke-3 orang anak dan 1 istrinya. Dalam perjalanan pulang menuju rumahnya selesai menjual balon, beliau berkata kepada saya;

“Masio aku mek dodolan balon mas Stanlee, tapi aku wes seneng. Aku isok nukokno anak bojoku mangan bendino iku rasane wes sukses dadi bapak aku” ucapnya dalam Bahasa Jawa yang kental.

Terjemahannya yakni;

“Meskipun saya cuma berjualan balon mas Stanlee, tapi saya sudah senang. Saya bisa membelikan anak istriku makan itu rasanya sudah sukses sebagai bapak aku”

Disitu saya terhenyak. Perkataan dia yang sedikit namun sarat makna itu membuat saya malu dengan diri saya sendiri. Betapa kurang bersyukurnya saya ketika saya sanggup makan setiap hari, namun malah saya gunakan untuk hal hal yang tidak penting. Dan perkataan beliau terus terngiang di benak saya hingga saya menulis ini. Sampai saat ini kalau ke Malang, saya selalu menyempatkan berkunjung ke rumah beliau. Puji Tuhan, anaknya yang pertama mendapat beasiswa untuk kuliah di Universitas Brawijaya sampai lulus. Hebat bukan?

*****

Sukses itu relatif sih. Tidak semua sukses harus identik dengan banyak harta. Malah menurut saya, sukses itu adalah ketika kamu bisa bersyukur setiap hari. Bersyukur atas apa yang kamu dapat, peroleh, hingga hari ini. Banyak kok teman teman saya yang kecukupan bisa beli ini itu, namun hidupnya tidak sebahagia dengan mereka yang biasa biasa saja. Lantas kalau sudah begini, sukses seperti apa yang kamu mau? :)

Kalau saya sih tetep, pengen sukses, tapi juga bahagia.

Berkah dalem,

Komentar

Favorites

Sambil tak Henti-Hentinya Berharap

Terima kasih atas segala energiku yang kuhabiskan untuk bersabar, berdoa, menunggu, sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih atas badan ini yang tahan terhadap gempuran angin malam sepulang dari gereja, hujan badai yang deras maupun rintik, panas yang menyengat sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih atas waktu dan kesempatan yang mempertemukanku dengan partnerku saat ini, yang tak segan dan berani mengajakku yang notabene tidak bisa apa apa ini untuk membuka usaha (semoga lancar kedepannya) sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih untuk orang orang hebat di belakangku. Mama, Grestikasari, Ojik, Clemen, Gerald dan Papa yang menempaku untuk hebat sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih Tuhan Yesus, Terima kasih Semesta, Terima kasih Harapan, Sambil tak henti-hentinya berharap. Surabaya, 19 Februari 2019 Kaospolosclub Office Jl. Ngagel Jaya Barat No.33

Sebuah Tantangan Untuk Setia

“Kesetiaan berarti ketulusan untuk menyimpan satu nama dalam hati lalu berjanji tidak akan pernah mengkhianati”                                                                 Indri Mozzhel                                 Ya, kenapa tidak mencoba untuk setia? Malah mencoba selingkuh?                 Pertanyaan itu yang mendasari saya terhadap laki-laki di jaman sekarang ini. Saya tidak tahu mengapa laki-laki begitu mudahnya menyakiti perasaan hati seorang perempuan. Dengan cara selingkuh pula. Bukan berarti perempuan tidak bisa sih. Tapi memang, kebanyakan yang selingkuh dan yang dijadikan “objek” oleh sinetron-sinetron di Indonesia untuk berselingkuh adalah laki-laki. Dan saya sebagai laki-laki yang miris melihat   sinetron Indonesia yang seperti itu, tergerak untuk mengutarakan pendapat. Bahwa tidak semua laki-laki itu selingkuh.                 Alasannya? Ya saya. Saya tidak pernah selingkuh. Tapi pernah diselingkuhi. Hiks.                 Ah sudahlah, sakit hat