Langsung ke konten utama

Sang Petualang Kebaikan (Uje)


            26 April 2013
Indonesia sedang berduka. Ditinggal salah satu anak bangsa terbaiknya, Ustadz Jefri Al-Buchori (selanjutnya Uje). Yang terkenal dengan sebutan ustad gaul, karena gaya dan cara beliau berdakwah berbeda dengan para ustad yang lainnya. Saya, yang non muslim pun merasa kehilangan. Seingat saya, di masa-masa puasanya umat muslim, sering beliau kultum 15 menit di televisi menjelang buka puasa. Dan saya sering menontonnya. Dakwah-dakwahnya sungguh kena dan masuk ke hati. Dibungkus dengan bahasa yang simple tapi bermakna. Dan terbukti, orang lebih menangkap apa yang dimaksudkan dengan bahasa gaul beliau.

               Kalian pasti pernah lah mendengar cerita masa lalu dari Uje yang katanya nakal, ndablek, sempat terjerumus ke dalam lembah hitam, namun akhirnya bertobat setelah pergi Umroh. Dan, sampai akhir hidupnya, beliau betul-betul menjadi orang baik. Orang yang disayangi oleh banyak umat-nya. Terbukti dengan banyaknya orang yang  masih ziarah ke makamnya hingga tulisan ini dibuat. Karena apa? Karena kebaikannya pastinya. Bahkan orang-orang yang non-muslim pun merasa kehilangan dengan kepergian Uje. Terbukti, saya tadi melihat acara Hitam Putih di TRANS7 yang mengundang kakak, adik, dan ibu dari Uje. Lalu, si Deddy mendapat twit dari seorang non muslim. Kalau tidak salah, isinya begini “ Kami merasa kehilangan sosok Uje yang baik dan bisa masuk ke berbagai suku, agama, dan ras. Dari keluarga besar non muslim”. Itu buktinya, dia disayang oleh semua orang baik dari umat muslim maupun umat non muslim.

                Sering ya saya berpikir, kenapa orang baik selalu cepat meninggalkan dunia ini? Pertanyaan itu selalu hadir ketika saya mendengar kabar ada orang yang meninggal di usia muda dan memang terkenal baik. Mengapa? Pertanyaan yang sepertinya tidak akan terjawab. Namun, saya mempunyai filosofi mengenai hal ini. Mungkin Tuhan di surga butuh banyak pasukan dan malaikat untuk berperang melawan iblis-iblis yang semakin banyak di bumi. Mungkin agak terdengar naif filosofi saya ini. Tapi sampai sekarang saya menyakini filosofi saya ini. Mungkin kalian-kalian yang membaca tulisan ini mempunyai perspektif sendiri mengenai hal ini. Dan saya harap kalian mau berbagi dengan saya mengenai hal ini. 

                Mungkin kalian tidak setuju dengan filosofi saya di paragraf sebelumnya. Mungkin ada yang bilang bahwa sudah takdirnya orang baik untuk meninggal lebih cepat. Tapi saya tidak percaya dengan adanya takdir. Takdir? Oh, come on. Urusan kematian tidak ada hubungannya dengan takdir. Logika-nya begini, misal ya Tuhan memberi saya umur hingga mencapai usia 80 tahun (ini hanya pemisalan saja. Bukan untuk ditiru). Tapi karena saya suka ngebut dan tidak awas saat mengendarai motor, akhirnya saya meninggal di usia 25 tahun. Apakah itu takdir yang sudah direncanakan oleh Tuhan? Pastinya bukan kan? Kejadian ini terjadi ya karena ulah saya sendiri. Saya salah karena tidak menjaga dan menyayangi nyawa saya dengan baik. Dan bisa ditebak, penyesalan akan selalu datang di akhir. 

                Ah, tulisan saya naif banget ya. Terkesan posesif dan religius sekali. Kesannya menggurui kalian semua. Padahal saya bukan orang yang begitu religius. Hahaha. Tapi yang pasti, saya merasa kehilangan sosok Uje. Semoga semakin banyak orang baik di dunia ini seperti Uje. dan semoga beliau diberi tempat yang nyaman di surga sana. 

Yasudahlah, semakin melantur saja saya ini
Salam :)
1 Mei 2013
Mayday, 5 hari setelah meninggalnya Uje

Komentar

Favorites

Buah Tanggung Jawab

                Sialan!                 Sabtu kemarin (25/10/2014), saya tak sengaja menyerempet bagian depan mobil di kawasan sekitar kost saya. Apesnya lagi, karena saya yang salah, saya terpaksa membayar biaya perbaikan bagian yang saya serempet tersebut sebesar Rp 500.000,00.                 Buset dah, padahal goresan yang saya sebabkan hanya sepanjang 5 cm. Tapi harus mengganti Rp 500.000,00. Hiks.                 Sebenarnya saya bisa menghindari mobil tersebut. Namun, karena saya menekan rem bagian depan terlalu mendadak dan jalanan saat itu dipenuhi pasir bangunan, akhirnya jatuhlah saya. Istilah jawa-nya “ ngepot” .           ...

What's Next?

                 Ada sebuah keresahan datang di 9 hari setelah saya bertambah umur. Yakni soal “Apa yang akan saya lakukan selanjutnya?” Sebuah pertanyaan simpel bagi seorang anak TK. Tapi sebuah pertanyaan ancaman bagi generasi generasi muda seperti kamu dan juga saya. Ya, apa yang akan saya lakukan?                 Terlintas sebuah pikiran untuk bekerja. Tapi, kerja apa? Berbagai tawaran dan pilihan datang kepada saya. Ada tawaran dari seorang teman untuk menjaga franchise di salah satu tempat waralaba baru. Gajinya pun menarik. 1,2 juta. Glek!   1,2 juta itu ukuran yang besar bagi anak kost seperti saya. Belum tambahan uang saku dari orang tua yang saya dapat. Mungkin, dalam sebulan bisa kredit motor 2x lah ya. Hehehe.                 Alay -,-!     ...

Perbedaan

                 Oke,                 Ijinkan saya berbicara serius kali ini.                 Hehehe,                 Berkaitan dengan yang namanya perbedaan.                 Perbedaan bukanlah suatu ancaman. Tapi lebih dari itu. Perbedaan itu merupakan anugerah. Anugerah untuk saling menghargai sesama manusia yang berbeda. Kita diajak untuk menjunjung tinggi toleransi kepada sesama kita yang berbeda. Mungkin berbeda keyakinan atau agama, suku, ras, kebudayaan. Dan tugas utama kita yakni menghargai dan memberi tempat kepada mereka yang berbeda itu. Tak ada hal yang lebih baik selain menerima perbedaan itu.    ...