Langsung ke konten utama

cinta itu sejati

hmmm, entah hari ini atau kemaren gitu ya gw belajar banyak soal cinta.

       jadi, kemaren baru aja sedikit masalah di dalam hubungan gw sama pacar gw.

masalahnya sepele, masalahnya kecil, malah kayak upil malah. tapi jadi besar juga sih karena keegoisan gw.
gw sadar bahwa selama ini gw ga pernah bisa ngalah sama paar gw dan selalu ingin menang dari pacar gw. gw sadar kalo gw ga mau dikalahin sama makhluk paling lembut di dunia ini, yaitu cewe. gw sadar kalo selama ini gw selalu keras kepala dan mempertahankan pendapat gw yang sebenernya terdengar egois itu. dan gw sadar kalo gw belum bisa berubah, malah nyuruh pacar gw berubah. gw sadar banget akan hal itu

     emang, gw salah. salah banget pake malah. dan semenjak kemaren sampe sekarang, hati ini ngerasa takut kehilangan si doi. takut si doi bosen ama gw. takut yahh pokoknya takut-takut yang bersifat kehilangan lah. gw uda cukup lama ama dia, dan baru kemarin dia marah sebegitu lamanya. mungkin selama ini dia memendam perasaan-perasaan marahnya itu semua ke gw. dan akhirnya, ketika meledak, terjadilah sudah semuanya. malah gw yang dibuat bingung sendiri ama tingkahnya dia yang seperti itu.

sumpah
gw
takut

    satu hal yang ada di bayangan gw sekarang, pengen pinjem mesin waktunya Doraemon, balik ke hari kejadian, dan ga ngeluarin omongan yang berujung ke perpisahan. untung, dia ngasih gw kesempatan lagi. ah, cinta sejati memang baik. dia selalu memberi hatinya untuk gw. dia selalu bisa memahami gw. ah, cinta sejati emang gila. rela berkorban, rela menangis, rela mengalah untuk gw yang ga tau diuntung dan ga ada gunanya. ah, cinta sejati memang sabar. sabar ngadepin gw yang masih kekanak-kanakan.

intinya sih, gw minta maaf atas kejadian kemaren. gue akan berusaha untuk lebih tenang, lebih sabar, lebih lembut, lebih memanusiakan manusia termasuk si doi, sehingga masalah ini ga perlu muncul lagi. cukup sekali aja, dan ga lagi. dan inti dari yang paling intinya, gw masih sayang sama si doi dan cinta ini terus bertumbuh setiap hari. entah kenapa gw ngelakuin hal kaya gitu kemaren. gw khilaf. dan gw minta maaf ya dear

:3 love you dear, fitri 



Komentar

Favorites

Sambil tak Henti-Hentinya Berharap

Terima kasih atas segala energiku yang kuhabiskan untuk bersabar, berdoa, menunggu, sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih atas badan ini yang tahan terhadap gempuran angin malam sepulang dari gereja, hujan badai yang deras maupun rintik, panas yang menyengat sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih atas waktu dan kesempatan yang mempertemukanku dengan partnerku saat ini, yang tak segan dan berani mengajakku yang notabene tidak bisa apa apa ini untuk membuka usaha (semoga lancar kedepannya) sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih untuk orang orang hebat di belakangku. Mama, Grestikasari, Ojik, Clemen, Gerald dan Papa yang menempaku untuk hebat sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih Tuhan Yesus, Terima kasih Semesta, Terima kasih Harapan, Sambil tak henti-hentinya berharap. Surabaya, 19 Februari 2019 Kaospolosclub Office Jl. Ngagel Jaya Barat No.33

Sebuah Tantangan Untuk Setia

“Kesetiaan berarti ketulusan untuk menyimpan satu nama dalam hati lalu berjanji tidak akan pernah mengkhianati”                                                                 Indri Mozzhel                                 Ya, kenapa tidak mencoba untuk setia? Malah mencoba selingkuh?                 Pertanyaan itu yang mendasari saya terhadap laki-laki di jaman sekarang ini. Saya tidak tahu mengapa laki-laki begitu mudahnya menyakiti perasaan hati seorang perempuan. Dengan cara selingkuh pula. Bukan berarti perempuan tidak bisa sih. Tapi memang, kebanyakan yang selingkuh dan yang dijadikan “objek” oleh sinetron-sinetron di Indonesia untuk berselingkuh adalah laki-laki. Dan saya sebagai laki-laki yang miris melihat   sinetron Indonesia yang seperti itu, tergerak untuk mengutarakan pendapat. Bahwa tidak semua laki-laki itu selingkuh.                 Alasannya? Ya saya. Saya tidak pernah selingkuh. Tapi pernah diselingkuhi. Hiks.                 Ah sudahlah, sakit hat