Kopi
pertama pagi ini manis. Dan masih setia mengepulkan asapnya. Pertanda bahwa
hari ini akan banyak manusia, dan hampir semua individu di dunia yang
mengepulkan semangatnya untuk mencapai mimpi mereka. Setidaknya, satu mimpi hampir
terwujud dalam satu hari. Tak apalah, yang penting semangatnya tak pernah
pudar.
Masih ditemani
kopi sambil mendengarkan si Monty Tiwa bernyanyi. Tapi sepertinya, si kopi mulai
kedinginan. Terlihat, semangat dia untuk mengepulkan asapnya mulai pudar. Tapi,
rasanya masih tetap manis di mulut. Pertanda dia mulai lelah bekerja, butuh
sedikit istirahat, tapi masih bisa tersenyum dan bahagia dalam kelelahannya. Salute!
“Pernahkah kau merasa tidak pernah merasa, Sepi.
Pernahkah kau merasa tidak pernah merasa, Sunyi.
Aku tak pernah, aku selalu, merasakannya
Kosong...
Pernahkah kau terbangun dan merasa semua, Semu.
Pernahkah kau inginkan lari dari dirimu kini.
Itulah aku, aku selalu, merasakannya,
Kosong...”
(Monty Tiwa, dalam lagunya “Kosong)
Satu seruput
lagi dari kopi, dan habislah sudah. Tetesan kopi yang tumpah menjadi bercak
tersendiri di badan si kopi. Menimbulkan warna yang artistik bin eksotik. Pertanda
bahwa ia mau menerima bercak tetesan yang kotor itu menjadi perpaduan yang
indah. Not complicated. Sebuah masalah
akan selesai ketika kalian bisa mengubahnya menjadi sebuah perpaduan dan
tantangan untuk hidup. Agar hidup menjadi indah.
Slllluuurrrrrpppp, eh, si kopi sudah habis. Yasudah, pertanda saya
harus segera mengepulkan semangat untuk kehidupan yang indah. Salam :)
*Kopi pertama pagi ini masih kaya akan rasa dan pengalaman.
Padahal hanya sebatas Good Day Cappucinno.
19.24 WIB.
Kopi pertama pagi ini, manis. Tapi eksotis :) |
Komentar