Langsung ke konten utama

Sederhana Yang Berbuah Kebahagiaan


                Saya percaya dan menyakini bahwa ada satu wanita di dunia ini yang ditakdirkan hidup berdampingan dengan saya di masa depan nanti. Pun juga ada pasangan tersendiri buat kamu semua yang membaca tulisan saya ini. Tapi karena saya laki-laki dan bukan bencong-abal-abal-kayak-olga-syahputra, objek saya untuk tulisan ini ya wanita. Hihihi.

                Jumat minggu lalu (7/03/2014), saya berkunjung ke Malang lagi. Tujuannya tak bukan dan tak mungkin adalah mengunjungi si pacar yang sudah ngamuk-ngamuk kepada saya. Hahaha. Rencananya saya ingin memberinya sebuah kejutan dengan tidak bilang-bilang kalau saya akan ke Malang hari itu. Tapi karena kebodohan saya sendiri yang memasang status “OTW MALANG” di BBM, akhirnya ketahuan deh rencana saya oleh si Fitri. Duh.

                Di tulisan saya ini, saya bukan bermaksud menceritakan kemana saja saya dan Fitri menghabiskan 4 hari 3 malam kunjungan saya ke Malang. Tapi lebih mengarah ke perasaan saya yang sedikit berbeda ketika kunjungan saya yang entah sudah ke berapa kali ini.

                Selama ini, saya selalu beranggapan bahwa Fitri bukanlah sosok pacar yang baik untuk saya. Sering marah-marah, kadang suka menuduh saya selingkuh, kadang pula juga sering mengajak saya bertengkar. Ya, pokoknya bukan sosok yang baik lah ya. Mungkin hal ini hanya bisa dimengerti oleh para lelaki saja. Hehehe.

                Tapi, anggapan saya itu seketika berubah 180 derajat celcius fahrenheit (?????) di kunjungan saya minggu lalu tersebut. Ada sebuah perasaan berbeda ketika bertemu dengannya minggu lalu. Yang saya rasakan, saya jadi semakin sayang kepada Fitri. Ada sebuah perasaan lebih ingin menjadi sosok laki-laki yang benar-benar lelaki untuk menjaga dan merawat dia. Tulus banget ini perasaan datang dari dalam hati saya yang paling dalam. Saking dalamnya, saya tidak tahu dalam mana kolam renang untuk dewasa dan kedalaman hati saya. Ya karena saya tidak pernah mengukurnya.

                Dan yang lebih mengharukan lagi adalah ucapan terima kasihnya yang terdengar tulus di telinga saya sehari ketika saya akan balik ke Surabaya,

                “Terima kasih ya sayang. Terima kasih banget. 3 hari ini aku seneng banget bisa menghabiskan waktu sama kamu lagi”.

                Jancuk, waktu itu saya sedikit menangis kecil ketika dia berbicara seperti itu. Padahal yang saya lakukan hanya mengunjunginya. Selama jalan-jalan, saya hanya mengajaknya makan di sebuah cafe kecil di pinggiran kota Batu. Selama bertemu, saya tak sempat berbuat sesuatu hal yang istimewa di hadapannya. Tapi hanya dengan bertemu saja dia sudah bahagia setengah mati. Tulus banget kan? :’)

                Saya jadi sadar bahwa yang dia butuhkan hanya kehadiran saya saja. Saya sadar bahwa keputusan kami untuk berpacaran jarak jauh memang terbilang cukup berani. Dan saya sadar, bahwa dia memang benar-benar mencintai saya dengan tulus. Tulus banget tanpa imbalan apapun. Tulus sekali sampai-sampai hal-hal sederhana yang saya lakukan menjadi istimewa di matanya. Ah, tuh kan saya jadi terharu lagi. :(

                Akhirnya, waktu perpisahan datang juga. Saya kembali hari Senin (10/03/2013) pagi pukul 03.30 WIB. Saya menginap di kontrakannya si Beni. Bangun pukul 03.00 WIB untuk mandi kemudian packing lantas pulang kembali ke Surabaya. Di tengah ngantuk dan asyik-asyiknya saya packing, tiba-tiba saya menemukan sepucuk surat putih bertinta pink. Saya buka dan saya baca. Apa yang terjadi?

Ini dia surat yang berhasil membuat saya menangis gulung gulung :(

Saya terharu.

Saya menangis kecil lagi.

 Jancuk, laki-laki macam apa saya ini sedikit-dikit menangis macam bencong Bundaran Waru saja.

                Ya, surat tersebut dari Fitri. Sempat-sempatnya dia menuliskan surat tersebut untuk saya. Sumpah, baru kali ini saya diperlakukan istimewa oleh seorang perempuan setelah ibu saya sendiri. Ada sebuah perasaan bangga karena bisa menjadi “pilihan”nya si Fitri. Perasaan bangga yang membuat saya berkomitmen untuk selalu menjaganya dan selalu menjadi miliknya. Dan yang paling penting, berkomitmen untuk tidak nangis’an lagi. Hihihi.

                Terima kasih ya Fitri sudah mau mencintaiku tulus apa adanya. Aku sadar bahwa aku sering kali mengecewakanmu. Tapi aku berjanji, ada suatu saat dimana aku dan kamu bisa memberikan yang istimewa untuk orang-orang yang kita cintai dari cinta kita yang telah bersatu. Terima kasih sayang. :3
                Hehehe, maafkan saya ya kalau saya agak alay waktu menulis ini. Bukan alay ding sebenarnya, cuma agak mellow aja. Hehehe. Ya begitulah kalau namanya cinta, kadang tak masuk di akal, tapi masuk di hati. :)

Terima Kasih sayang :3
Salam,
               
               

Komentar

Favorites

Makna

Tahu tidak apa yang paling penting di dunia ini? . . Mempertahankan, bukan mendapatkan. Berlaku untuk seluruh aspek kehidupan. Mulai dari karier, rejeki, Dan juga cinta… Hargailah hal-hal kecil yang ada di sekitarmu. Orang orang yang memperjuangkan dan kamu perjuangkan, Barang-barang keinginan yang kamu dapatkan dengan susah payah, Rawat dan hargailah apa yang kamu dapatkan sekarang ini, karena sebelum kamu mendapatkannya, kamu pernah menginginkannya, atau bahkan mendoakannya. Dan saya percaya, dari situlah kita belajar untuk menghargai hal hal yang kecil.

Realistis

Banyak yang bilang “realistis saja”. Banyak juga yang pesimis dengan apa yang saya lakukan saat ini. Mereka nyatanya tidak tahu arti sebenarnya dari “usaha”. Usaha bukan hanya meliputi “apa yang akan dihasilkan dan apa yang sedang dilakukan” Melainkan juga ; “Apa yang sudah dikorbankan?” “Apa yang sudah dikeluarkan?” “Apa keinginan yang sudah lama ditahan?” “Apa yang sudah dipasrahkan?” Dan ini inti yang paling penting ; “Apa sudah didoakan?” Hal hal seperti itu yang sepertinya luput dilihat oleh mereka mereka yang underestimate dengan usahamu. Ketahuilah, bahwa sejatinya mereka juga tidak ingin bekerja setiap hari. Yang ada di pikiran mereka sekarang adalah sibuk mencari laba dan untung, tapi dengan cara menindas sesame. Memang cepat dapat, tapi juga cepat hilang.                 Saya sendiri kadang juga takut. Merasa sendiri? Setiap hari saya merasa sendiri. Yang saya yakini sampai s...

Sambil tak Henti-Hentinya Berharap

Terima kasih atas segala energiku yang kuhabiskan untuk bersabar, berdoa, menunggu, sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih atas badan ini yang tahan terhadap gempuran angin malam sepulang dari gereja, hujan badai yang deras maupun rintik, panas yang menyengat sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih atas waktu dan kesempatan yang mempertemukanku dengan partnerku saat ini, yang tak segan dan berani mengajakku yang notabene tidak bisa apa apa ini untuk membuka usaha (semoga lancar kedepannya) sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih untuk orang orang hebat di belakangku. Mama, Grestikasari, Ojik, Clemen, Gerald dan Papa yang menempaku untuk hebat sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih Tuhan Yesus, Terima kasih Semesta, Terima kasih Harapan, Sambil tak henti-hentinya berharap. Surabaya, 19 Februari 2019 Kaospolosclub Office Jl. Ngagel Jaya Barat No.33