Aku ingat, ketika pertama kali kita bertemu. Kau
meminta bantuanku untuk menemanimu daftar ulang di salah satu universitas
negeri yang kau inginkan. Langsung kuterima permintaan bantuanmu itu. Dan
disitulah, di tempat bernama Mertex, depan jalan perumahanku, kau menungguku
dengan ayahmu. Aku deg-deg’an. Karena memang baru pertama kali. Tapi ketika
mata kita saling bertatapan, kau tersenyum. Senyumanmu saat itu mungkin menjadi
senyuman terindah dalam hidupku. Manis seperti coklat, tulus seperti merpati.
Aihh, mempesona sekali.
Aku juga ingat pertama kali aku
marah kepadamu. Marah karena temanmu yang siapa itu? Aish, aku lupa namanya.
Sebut sajalah Panjul. Ya, marah karena Panjul, ketua kelompok Ospekmu yang
melarang aku untuk meneleponmu, karena kelompokmu dan juga dirimu sedang
mengerjakan tugas OSPEK yang harus dikumpulkan besoknya. Pikirku saat itu ”Kenapa dia melarang-larang aku meneleponmu?
Siapa dia?” Ya, pikiranku yang saat itu masih sangat egois. Egois karena
rindu dengan dirimu. Seakan-akan tak rela jika tugas ternyata lebih penting
daripada aku. Haduh.
Inget gak, waktu kita menyempatkan
waktu untuk melihat-lihat perumahan di daerah Tidar, Malang? Kau suka tipe
rumah yang minimalis, dan akupun juga. Ketika melihat salah satu rumah
minimalis yang sesuai dengan seleramu, kau bergumam “ Semoga besok kita bisa punya rumah kaya gitu ya sayang “ . Ya
semoga. :3
Dan aku juga ingat pertama kali
dirimu marah kepadaku. Gara-gara prasangka burukmu yang mengatakan bahwa aku
melihat perempuan lain saat kita sedang kencan berdua di salah satu pusat
perbelanjaan. Saat itu, sumpah demi Dewi Persik kawin lagi dan beranak 10, aku
tidak melihat perempuan lain. Mungkin
dirimu tidak percaya dan ragu dengan jawabanku saat itu. Tapi tak apalah. Toh
memang aku tidak melakukan seperti apa yang kau pikir.
Dari tragedi yang katamu “Melirik
Cewe Lain” itu, aku jadi tahu bahwa kamu setia dan mudah cemburu. Tak sanggup
melihat orang yang kau sayangi berpaling begitu saja ke perempuan-perempuan
lain.
Tak disangka, aku pun bingung
karena kita telah berhasil menjalin kasih selama setahun. Banyak hal yang
kupelajari dari kamu dan hubungan ini. Bahwa sepenuhnya cinta yang tulus datang
dari dalam hati akan terasa cepat dimakan oleh waktu. Bahwa nyatanya, kamu
tidak bosan dengan aku. Berkali-kali aku melakukan kesalahan, tapi kamu masih
mau menerimaku dan memaafkanku. Pikirmu saat itu “Ya kamu memang ga sempurna, tapi aku mau menyempurnakan kamu buat aku”
Duhh, puitis bin ajib lah kata-katamu saat itu.
Sampai di sini, aku sudah bingung
ingin berucap apa. Aku kutipkan ya beberapa bait puisi cinta mesra dari
idolaku, Chairil Anwar si Binatang Jalang itu.
TAMAN
Taman punya kita berdua tak lebar luas,
Taman punya kita berdua tak lebar luas,
kecil saja satu tak kehilangan
lain dalamnya.
Bagi kau dan aku cukuplah
Taman kembangnya tak berpuluh warna
Padang rumputnya tak berbanding permadani
halus lembut dipijak kaki.
Bagi kita bukan halangan.
Karena
dalam taman punya berdua
Kau kembang, aku kumbang
aku kumbang, kau kembang.
Kecil, penuh surya taman kita
tempat merenggut dari dunia dan ‘nusia
Ya, aku sudah benar-benar bingung
ingin berucap apa lagi di tulisan ini tentang kamu. Duh, kamu memang melenakan.
Hatiku sudah sangat terlena dengan dirimu. Hmm, bagaimana kalau ucapan terima
kasih?
Terima kasih karena telah mengisi
hari-hariku dengan bawel’anmu, dengan cerewetmu, dengan suaramu yang lucu
seperti Tweety, dengan perhatianmu semuanya aku ucapkan terima kasih.
Sejujurnya, aku senang dengan semua kecerewetanmu itu, meskipun aku sering membuang
muka dan menggodamu saat cerewet. Tetapi, percayalah! I am blessed for receiving those
kinds of care.
Terima kasih telah menyediakan
pundak, hati, dan juga peluk untuk aku berbagi semua mimpi, cerita, maupun
keluh kesah. Tak ada tempat curhat yang paling nyaman lagi selain dirimu.
Terima kasih karena telah menghidupkan
kembali rasa cemburuku yang sudah lama hilang. Sekian lama aku mencarinya,
ternyata ada padamu. Padahal, aku berpikir bahwa aku tak akan bisa cemburu
lagi. Ternyata aku salah. Kini aku yakin, bahwa ketakutanku yang terbesar
adalah kehilangan dan berpisah denganmu. Semoga saja tidak. Aku tidak ingin
ketakutan itu menjadi kenyataan. Semoga kita bisa awet ya, sampai kakek nenek.
:)
Terima kasih atas pengertianmu.
Sehingga hubungan ini akhirnya mempunyai umur. Terima kasih untuk semuanya.
Seeemmmuuuaaa yang telah terjadi dan menjadi kesalahanku di masa lalu,
maafkanlah. Aku berjanji dari ujung kaki hingga ujung rambut, tidak akan pernah
melakukan kesalahan yang sama. Aku berjanji akan memberimu kelembutan, kasih
sayang, ketulusan, dan semua yang kau butuhkan dari aku dan hubungan ini.
Oh iya, terima kasih juga, karena
sampai saat ini kau masih mau menampung dan berbagi mimpi denganku :) :3
Selamat satu tahun Fitri
Nurmaysta Sari. Stay with me until last
forever, will you? :3
Alun Alun Kota Batu, di suatu malam di 4 bulan lalu. :) |
Komentar