5 hari
ini, panasnya Surabaya menyamai panasnya Gurun Sahara. Sumuk, panas, pengap,
dan semua hal yang berhubungan dengan kepanasan. Dan itu semua secara tidak
langsung mempengaruhi saya. Saya jadi malas untuk beraktivitas, lebih banyak
menghabiskan waktu di depan kipas angin, dan lebih rajin mandi. Hehehe. Jancuk lah
panasnya Surabaya ini.
Nah,
tadi saya browsing tentang data
panasnya Surabaya. Dan menurut Catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG) mengatakan bahwa suhu udara di Kota Surabaya mencapai 35-37
derajat celcius selama 5 hari yang lalu. Pantas
saja, 37 derajat celcius makkk! Tolonglah daku Tuhan hambaMu yang penuh dosa
sehingga kepanasan ini.
Segala cara
saya lakukan supaya tidak kepanasan. Tidur dengan cara ote-ote. Tahu maksud
dari ote-ote? Hahaha. Jadi ini istilah teman-teman SMA saya dulu ketika membuka
baju.
“wuissssh, ote-oteee
rekkk padahal awake yo jembling”
“Wuissssh, ote ote
rekk, padahal awakke ten pack”
Hahaha, begitu guyonan yang selalu terlontar berkaitan
dengan ote-ote di kalangan teman-teman saya dulu.
Kemudian,
cara lainnya yakni menyetel kipas angin hingga ke level 3. Tapi tetap saja
kepanasan. Mandi 5 kali sehari. Sebelum tidur malam, mandi lagi. Tapi tetap
saja tidak bisa mengurangi kepanasan yang menyengat Surabaya ini. Haduh haduh,
kalau sudah begini, saya jadi ingat Malang lagi. Jancuk, galau lagi kan
akhirnya.
Yang lebih parah lagi, tidak ada angin sama sekali yang lewat selama 5 hari ini
di Surabaya. Jadi panasnya semakin menjadi-jadi. Hmpft...
Ya begitulah
pengalaman kepanasan ini. Tidak mengenakkan ya ternyata. Mending panas hati
daripada panas badan. Panas hati masih bisa diredam dengan keberadaan
teman-teman. Lha kalau panas badan? Masa saya harus bergumul dengan
teman-teman? Menjijikkan.
Salam,
Komentar