Langsung ke konten utama

Ketika Ketidakseriusan Menjadi Masalah

                Banyak yang bilang kalau saya ini orangnya kurang serius.

                Mulai dari Ibu, adik, kawan karib, bahkan pacar saya sekalipun. Sebelumnya, ucapan mereka tak saya hiraukan sih ya. Tapi, karena saking banyaknya orang yang mengatakan saya dengan hal yang sama, membuat saya risih dan merasa perlu untuk menulis tentang “ketidakseriusan” itu saya tadi.

                Jujur sih ya, sebelumnya saya tidak menyadari anggapan mereka tersebut. Saya tetap menikmati diri saya apa adanya. Dan tidak pernah melihat seperti yang mereka katakan itu tadi di diri saya (Entah karena saya yang bengal atau bagaimana ya. Haha. Intinya mah saya tidak menemukan hasil penilaian mereka itu tadi di diri saya). Nah mungkin karena tidak sadar itulah, saya disadarkan cepat-cepat sama Tuhan. Ga pake lama, disadarkannya pun hari ini.

Iya hari ini!

                Jadi semua bermula ketika saya dan ketiga teman saya harus presentasi untuk mata kuliah Manajemen Keuangan siang tadi. Karena kondisi kami yang tidak paham dengan materi yang harus dipresentasikan, membuat saya malas dan ogah untuk presentasi. Rasanya percuma juga kalau harus presentasi tapi tidak bisa membuat teman-teman saya yang lain mengerti. Tapi ya harus bagaimana lagi. Karena lirikan dosen mata kuliah ini yang mengerikan, akhirnya kami berempat pun maju dengan persiapan yang ala kadarnya.

                Dari awal presentasi, saya sudah berniat untuk menjadi controller powerpointnya saja, tanpa harus membaca dan menjelaskan. Dan sebelumnya lagi, saya sudah bilang ke tiga kawan saya terkait dengan niat saya itu. Haha. Bukan apa-apa, cuma saya malas saja karena tidak paham itu tadi.

Tapi pada kenyataannya, saya pun juga kebagian jatah untuk membaca dan menjelaskan. Haduh. Disinilah letak masalahnya.

Slide 1, berhasil saya lewati dengan baik.

Slide 2, lumayan lah.

Slide 3, mulai keluar bau tidak enak dari pantat saya.

Slide 4, saya MENCRETTT di celana!!!

Haha, jangan dihiraukan, ini cuma guyon.

Masuk ke slide 4, saya mulai ogah-ogahan membaca slide dan berdiri seenaknya. Kamu tahu posisi kalau kita bersandar di dinding? Nah itu pose saya saat membaca slide 4. Dan juga yang lebih parahnya lagi, saya malah menyuruh teman-teman saya membaca sendiri tanpa saya harus membacanya. Haduh, ini mah namanya kurang ajar ya. Haha. Tidak melaksanakan tugas dengan baik mah ini namanya. Sambil cengegesan lagi .

Tiba-tiba, dosen saya berdiri dan menghardik kelakuan saya;

“Kalau begini caranya mas, mending ga usah presentasi sekalian aja kamu. Tolonglah kamu serius sedikit. Cara presentasimu yang begini ga akan bisa membuat teman-temanmu paham tentang apa yang kamu presentasikan. Bla bla bla...”

Intinya, saya dihajar habis-habisan siang tadi di depan puluhan anak yang ikut kelas ini. Kami berempat pun disuruh kembali ke bangku tanpa harus melanjutkan presentasi lagi. Jojo, teman perempuan saya yang satu kelompok pun menahan tangis. Matanya merah dan sembab. Dan saya jadi merasa bersalah melihat Jojo seperti itu.

Sontak saya langsung terdiam dan mbatin dalam hati. Serius loh, kalau diliputi perasaan bersalah itu mah gak enak bener. Apalagi ini bawa nama kelompok yang pasti nantinya juga akan berpengaruh untuk nilai. Haduh.

Ah langsung ke akhirnya aja ya.

Akhirnya, kelompok kami pun meminta maaf ke dosen tersebut. Dan saya terkejut, karena dosen tersebut memaafkan kami (khususnya saya sih. haha). Beliau hanya menyanyangkan kalau saya tidak serius, nanti akan berpengaruh ke masa depan saya.

Hiks, jadi terharu. Makasih ya bu! :)

Yah pokoknya begitu deh ceritanya. Saya tak mau bertele-tele. Sekarang ijinkan saya untuk membela diri saya. Jreng jreng jreng......

Saya akui, kalau saya tidak terlalu suka dengan hal-hal yang membuat pikiran berat. Yah, nama lainnya hal-hal yang serius. Karena saya menganggap kalau terlalu serius, kita ga akan bisa menikmati esensi hidup itu sendiri.

Life is simple, and people is sempel bro. Udah gitu aja.

Hidup itu simple banget kok. Yang bikin ga simple apa sih? Ya orang-orangnya. Orang-orangnya bikin peraturan yang ekspektasinya tinggi tanpa melihat kemampuan orang-orang lainnya untuk mencapai ekspektasinya itu. Akhirnya hidup jadi ga mudah. Karena jadi ga mudah itulah, orang-orangnya mulai gila. Gilanya dengan apa? Dengan serius. Dan kalau sudah serius jadinya seperti apa? Jadinya ga akan pernah menikmati hidup. Akhirnya ga bahagia. Padahal, keutamaan yang dikejar di hidup kan soal kebahagiaan? :)

                Eitsss, tapi jangan salah. Ada juga waktu bagi saya untuk serius. Dan saya lebih senang serius ketika saya sedang sendiri sambil melamun, berkhayal, ditemani kopi dan biasanya sebatang lilin yang sengaja saya nyalakan untuk menambah aura drama. Karena di dalam kesendirian, biasanya lebih fokus dan lebih serius merencanakan apa yang ingin saya capai dengan menuliskannya di buku memo kecil saya. Semacam wishlist lah. Dan saya akan serius melakukan berbagai cara supaya list tersebut bisa terwujud dan membahagiakan saya.

 Oh iya, saya tidak akan pernah menampakkan keseriusan saya ketika berkumpul bersama kawan-kawan saya. Karena apa? Ya karena letak kebahagiaan saya di situ e. Disaat saya berkumpul dengan kawan karib, saya bahagia. Dan saya tak ingin menghancurkan momen berkumpul tersebut dengan menampakkan keseriusan. Ya kadang-kadang serius kalau sedang mengerjakan tugas. Tapi selebihnya, lebih banyak guyonannya daripada seriusnya. Haha.

                Nah, mungkin karena tidak pernah serius ketika sedang bersama teman-teman saya maupun pacar saya itulah, saya dianggap orang yang kurang serius. Aduh aduh, kalian belum mengenal saya terlalu jauh sih. Tapi tak apalah. Mungkin kalian sudah lelah dengan guyonan saya yang secara tidak sengaja membully kan ya? Haha.

                Ah, sudahlah. Intinya mah ada waktu tersendiri bagi saya untuk serius, bukan disaat bersama kawan kawan saya, namun disaat kesendirian saya akan serius. Tapi tak apalah, setidaknya kritikan dosen tadi membuat saya sadar, kalau saya harus bisa membawa diri saya lebih baik lagi ke depannya. Karena memang manusia tidak lepas dari kritik. Hehehe. 

Matur suwun ya bu.

                Berkah dalem,



Komentar

Favorites

Makna

Tahu tidak apa yang paling penting di dunia ini? . . Mempertahankan, bukan mendapatkan. Berlaku untuk seluruh aspek kehidupan. Mulai dari karier, rejeki, Dan juga cinta… Hargailah hal-hal kecil yang ada di sekitarmu. Orang orang yang memperjuangkan dan kamu perjuangkan, Barang-barang keinginan yang kamu dapatkan dengan susah payah, Rawat dan hargailah apa yang kamu dapatkan sekarang ini, karena sebelum kamu mendapatkannya, kamu pernah menginginkannya, atau bahkan mendoakannya. Dan saya percaya, dari situlah kita belajar untuk menghargai hal hal yang kecil.

Realistis

Banyak yang bilang “realistis saja”. Banyak juga yang pesimis dengan apa yang saya lakukan saat ini. Mereka nyatanya tidak tahu arti sebenarnya dari “usaha”. Usaha bukan hanya meliputi “apa yang akan dihasilkan dan apa yang sedang dilakukan” Melainkan juga ; “Apa yang sudah dikorbankan?” “Apa yang sudah dikeluarkan?” “Apa keinginan yang sudah lama ditahan?” “Apa yang sudah dipasrahkan?” Dan ini inti yang paling penting ; “Apa sudah didoakan?” Hal hal seperti itu yang sepertinya luput dilihat oleh mereka mereka yang underestimate dengan usahamu. Ketahuilah, bahwa sejatinya mereka juga tidak ingin bekerja setiap hari. Yang ada di pikiran mereka sekarang adalah sibuk mencari laba dan untung, tapi dengan cara menindas sesame. Memang cepat dapat, tapi juga cepat hilang.                 Saya sendiri kadang juga takut. Merasa sendiri? Setiap hari saya merasa sendiri. Yang saya yakini sampai s...

Menuai

“Sabarmu panjang, tuaianmu ya pasti besar” Begitu kira-kira isi pesan Whatsapp yang saya terima menjelang maghrib dari pacar saya, Si Grace. Hati serasa plong begitu melihat isi pesan tersebut. Serasa ada yang mengingatkan bahwa apa yang saya alami sekarang ini sifatnya hanya sementara. Ya, saya percaya akan ada hal baik yang terjadi di hidup saya sebentar lagi. No excuses, just believe . ********** “ Cepat makan! Sabar juga butuh makan!” sambung si Grace dengan emoji marah. Ah iya saya lupa, sabar juga butuh makan ternyata.