Denta, Si Kirun yang konyol |
Saya sms Denta barusan
Saya : Run, sibuk
gak?
Denta : Gak lik,
opo’o?
Saya : Aku jaluk
tolong, 5 menit ae kok
Denta : Yo opo?
Saya : Cukurno
jembutku
Denta : Asu. Tak
kiro temenan su.
Ah Denta, saya rindu kekonyolanmu. Rindu menghinamu juga :p
***
Saya
kenal Denta yang biasa dipanggil Kirun sejak SMA. Tapi, Kirun kelas satu tidak
mengasyikkan. Senang menyendiri. Mungkin karena faktor tempat tinggal kami (asrama)
yang mengharuskan berpisah dengan orang tua. Ya, dia mengakui hal itu di kelas
2.
“Aku biyen nang kelas 1 iku jek mbok-mbok’en. Jek kangen
ambe omah lik”
Tapi
begitu memasuki kelas 2, kami ditakdirkan untuk berkawan baik. Walaupun beda
jurusan, tak menghalangi semangat pertemanan di antara kami berdua. Terlebih
lagi, dia menjadi keyboardist di band Vox Amens yang pernah saya postingkan di
sini. Tak ayal, kami berdua bagai upin dan ipin yang senantiasa bersama.
Kirun
ini orangnya lucu. Konyol juga. Sering melawak. Tak heran banyak anak yang
mendekatinya. Pun juga dia ramah. Satu kenangan yang paling saya ingat ketika
dia tidak sengaja melempar kepala guru Kimia dengan shuttlecock. Saat itu, di
tengah pelajawan Kimia yang membosankan, Kirun tiba-tiba berjalan ke belakang
dan mengambil shuttlecock kemudian mengayun-ngayunkannya dengan buku. Iseng-iseng
ingin men-smash kepala kawan kami
yakni Handi, tiba-tiba smash’annya
meleset jauh dan mengenai kepala Guru Kimia yang sedang menulis materi di papan
kelas. Hahaha. Sontak dia kaget dan segera kembali ke bangkunya. Bisa ditebak,
dia dimarahi dan dikhotbahi habis-habisan dengan sang guru. Hahaha. Kirun
kirun, konyol cuk raimu.
Dulu,
kami biasa menghabiskan waktu bebas luar di hari Sabtu dan Minggu untuk ngenet
ataupun sekedar makan bakso. Bersama kawan lainnya. Septi dan Aldo juga masuk
hitungan. Tak terkecuali partner setia Kirun dari TK hingga SMA, Wika. Kami
berpisah ketika kelulusan kelas 3. Tapi, semesta ternyata mempertemukan kami
lagi. Sekedar pengingat, saya dulu kuliah di Universitas Katolik Widya Mandala
Surabaya mengambil Inggris. Kemudian, Kirun mengambil jurusan Fisika. Nah,
karena Inggris dan Fisika saat itu satu jurusan (FKIP), jadi kami bertemu lagi.
Setahun kemudian saya keluar dan kuliah di Darma Cendika Surabaya. Jadilah saya
dan Kirun berpisah. Tapi, perpisahan itu sekali lagi tak menghalangi semangat
pertemanan kami.
Saya
sering mengisenginya. Salah satu faktor menyenangkan dari kesenangan mengisengi
Kirun adalah ekspresi mukanya. Matanya itu loh. Hahaha. Selalu melotot ketika
tragedi pengisengan itu terjadi. Lototan matanya itu sampai sekarang masih bisa
saya ingat.
Akhir
akhir ini saya sering menghabiskan waktu di rumah Kirun di bilangan Demak Timur
Surabaya. Hanya untuk sharring
pengalaman ataupun ngejam main musik
bareng. Sambil guyon guyon. Misuh misuh. Diselingi makanan yang enak dari
ibunya. Hehehe.
Sekarang
Kirun masih kuliah di Jurusan Fisika. Ya Puji Tuhan, sekarang dia telah
meringankan beban orang tuanya karena beasiswa yang dia terima dari kampus. Pun
juga dia bekerja sebagai organis freelancer
di gerejanya. Lumayan lah untuk tambahan uang sakunya. Saya turut senang
untuknya. Apalagi kalau mengingat perjuangannya untuk belajar dengan tekun
supaya mendapat beasiswa. Salut.
Kirun kirun, mbalik seminari maneh yuk? :)
Komentar