Langsung ke konten utama

Dunia itu Kejam?


“Aku baru sadar kalo sekolah iku penting yo. Makane Stan, awakmu sing nggenah lek kuliah. Dunia iku keras. Aku wes ngerasakno saiki”

                Itulah curahan hati dari salah seorang teman tadi malam. Beng Beng namanya. Tiba-tiba saja dia berucap seperti itu. Padahal sebelumnya kami bertiga, bersama Ryo, tertawa bersama sambil bermain kartu remi di ruang tamu kos’an.

                Dunia kejam? Keras? Saya rasa bukan dunianya yang keras, tapi penghuninya. Bukankah dunia sudah begitu baik kepada kita? Dunia memberi hadiah gratis dari alam macam air, udara, tanah, dan masih banyak lagi. Bukankah memberi itu baik?

                Lantas, penghuninya bagaimana?

                Ya mungkin kamu tahu sendiri lah. Atau mungkin kamu juga pernah mengalami bertemu dengan tukang parkir yang lebih mirip tukang palak karena memasang tarif seharga 3000 rupiah. Atau mungkin, kamu juga pernah bertemu dengan abang-abang penjual makanan yang melayanimu dengan tidak ramah. Atau mungkin, kamu sendiri yang seperti itu. Hehehe.

                Kalau cerita dari versi si Beng Beng sih, dia tidak betah berada di tempat kerjanya. Dia bekerja sebagai montir di sebuah bengkel mobil kenamaan di daerah Kertajaya. Nah masalahnya, karena masih baru dan bau kencur, ketika bekerja dia ditemani salah seorang montir yang sudah lama bekerja di situ. Tapi, si montir ini tidak mau mengajari Beng Beng. “Pokoke wong’e iku meneng ae ngunu loh Stan. Ga gelem ngajari aku blas. Lek tak takok;i, diplengosi aku. Jangkrik jangkrik” (Pokoknya orangnya itu diam saja gitu loh,Stan. Tidak mau mengajari aku. Kalau aku tanya, malah dicuekin aku. Jangkrik Jangkrik).

                Lantas saya menyuruhnya untuk keluar dari tempat kerjanya itu. Tapi, jawaban yang tidak terduga keluar dari mulutnya;

“Masalahe aku wes nyaman ambe kerjoku iki. Iki duniaku,Stan. Duniaku yo nang mesin. Ilmu sing tak entokno pas SMK lak gak kegawe malah’an. Lak rugi aku. Makane wes tak betah-betahno sampe gak betah nemen” (Masalahnya aku sudah nyaman sama kerjaku ini. Ini duniaku,Stan. Duniaku ya di mesin. Ilmu yang aku dapat waktu SMK jadi ga kepake. Kan rugi aku. Makannya tak betah-betahin sampai gak betah sungguhan)

                Jawaban itu membuat saya sadar, bahwa masih ada orang yang berani mengorbankan mentalnya demi mimpinya, demi dunia yang dia senangi. Demi apa yang dia kejar. Bukankah begitu? Banyak orang-orang sukses dan kenamaan yang sukses dari bisnis dan dunia yang dia senangi. Bill Gates, Albert Einstein, Dahlan Iskan, Jokowi dan banyak lagi. Ya semoga saja besok di masa depan, nama BENG BENG dikenal banyak orang karena dunia yang dia senangi. Amin

                Gawat, jadi melankolis gini. Semakin menye-menye. Harus dihentikan segera tulisan ini. kalau tidak, semakin mellow ini suasananya. Hahaha.

Salam,

Komentar

Favorites

Makna

Tahu tidak apa yang paling penting di dunia ini? . . Mempertahankan, bukan mendapatkan. Berlaku untuk seluruh aspek kehidupan. Mulai dari karier, rejeki, Dan juga cinta… Hargailah hal-hal kecil yang ada di sekitarmu. Orang orang yang memperjuangkan dan kamu perjuangkan, Barang-barang keinginan yang kamu dapatkan dengan susah payah, Rawat dan hargailah apa yang kamu dapatkan sekarang ini, karena sebelum kamu mendapatkannya, kamu pernah menginginkannya, atau bahkan mendoakannya. Dan saya percaya, dari situlah kita belajar untuk menghargai hal hal yang kecil.

Realistis

Banyak yang bilang “realistis saja”. Banyak juga yang pesimis dengan apa yang saya lakukan saat ini. Mereka nyatanya tidak tahu arti sebenarnya dari “usaha”. Usaha bukan hanya meliputi “apa yang akan dihasilkan dan apa yang sedang dilakukan” Melainkan juga ; “Apa yang sudah dikorbankan?” “Apa yang sudah dikeluarkan?” “Apa keinginan yang sudah lama ditahan?” “Apa yang sudah dipasrahkan?” Dan ini inti yang paling penting ; “Apa sudah didoakan?” Hal hal seperti itu yang sepertinya luput dilihat oleh mereka mereka yang underestimate dengan usahamu. Ketahuilah, bahwa sejatinya mereka juga tidak ingin bekerja setiap hari. Yang ada di pikiran mereka sekarang adalah sibuk mencari laba dan untung, tapi dengan cara menindas sesame. Memang cepat dapat, tapi juga cepat hilang.                 Saya sendiri kadang juga takut. Merasa sendiri? Setiap hari saya merasa sendiri. Yang saya yakini sampai s...

Sambil tak Henti-Hentinya Berharap

Terima kasih atas segala energiku yang kuhabiskan untuk bersabar, berdoa, menunggu, sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih atas badan ini yang tahan terhadap gempuran angin malam sepulang dari gereja, hujan badai yang deras maupun rintik, panas yang menyengat sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih atas waktu dan kesempatan yang mempertemukanku dengan partnerku saat ini, yang tak segan dan berani mengajakku yang notabene tidak bisa apa apa ini untuk membuka usaha (semoga lancar kedepannya) sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih untuk orang orang hebat di belakangku. Mama, Grestikasari, Ojik, Clemen, Gerald dan Papa yang menempaku untuk hebat sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih Tuhan Yesus, Terima kasih Semesta, Terima kasih Harapan, Sambil tak henti-hentinya berharap. Surabaya, 19 Februari 2019 Kaospolosclub Office Jl. Ngagel Jaya Barat No.33