Langsung ke konten utama

Alarm

Minggu kemarin 18 Juni 2017, ada satu kejadian menarik yang saya temui saat hendak perjalanan menuju ke gereja untuk mengikuti misa sore.

Kejadiannya cukup aneh,

Dan mungkin akan terus saya ingat untuk menjadi alarm saya di masa depan nanti.

Jadi ceritanya begini,

Ketika berhenti di lampu merah ruas Jalan Kertajaya depan Gramedia Center Surabaya, ada satu orang yang berhenti di depan saya. Sebut saja Mas A. Memakai jaket hitam dengan gambar raket tenis meja di belakangnya dan menggunakan helm merah. Sesekali dia menengok ke belakang dengan wajah yang ditekuk-tekukkan. Mungkin biar kelihatan sangar. Saya pun diam saja ketika dipelototi seperti itu.

Tiba-tiba si Mas A ini berteriak sambil mengacungkan jarinya. Iya, dia berteriak keras sampai semua orang yang ada di sekitarnya menoleh ke sumber suara. Saya tidak begitu jelas apa yang dia teriakkan. Namun dilihat dari intonasi suaranya yang menggelegar itu, kemungkinan dia lagi marah.

Seketika lampu hijau menyala dan saya mulai mengemudikan sepeda motor saya kembali.

Singkat cerita, di lampu merah terakhir sebelum sampai di gereja, ternyata si Mas A ini ada di depan saya. Dia pun berteriak lagi. Sambil mengacungkan jarinya lagi. Namun kali ini teriakannya bisa saya dengar. Dia berteriak ;

"Siapa disini yang keluarganya meninggal semua? SAYAAA!!!"


Deg! Seketika itu juga kesedihan hinggap di tubuh saya.


Saya majukan sepeda motor dan menepi di pinggir kiri si Mas A ini. Saya menengok ke arahnya. Terlihat air mata keluar dari pelipis matanya. Air mata yang penuh kegetiran. Air mata yang mungkin juga penuh emosi. Saya terenyuh. Mungkin, dia baru saja kehilangan keluarganya. Keluarga yang dia jadikan prioritas untuk dibahagiakan dan untuk hidup. Dan mungkin juga teriakan kemarin itu adalah teriakan kemarahan yang dia tujukan untuk Sang Khalik. Ada ketidakrelaan yang sangat ketika dia harus menghadapi kenyataan yang pahit itu. Kenyataan yang membuat dia harus sendiri di dunia ini. Di Surabaya.

Kejadian ini menjadi alarm bagi saya untuk lebih dekat dengan keluarga. Untuk lebih perhatian ke mama dan adik adik nantinya. Mengutip pepatah latin:"Omnia tempus habeant" (Semua ada waktunya). Ya, selagi ada waktu dan selagi bisa, kenapa tidak dimanfaatkan? Karena waktu bisa jadi teman, dan bisa juga jadi musuh. Apalagi ketika kita sedang jatuh. Waktu tidak akan sungkan sungkan menarikmu dan menyeretmu ke masa-masa yang penuh dengan kenangan indah. Membuat dirimu yang tadinya jatuh di tengah tengah, akhirnya jatuh lebih dalam hingga ke dasar. Kejam.

Setidaknya, saya ingin mengucapkan terima kasih untuk Mas A yang saya tidak tahu siapa dia dan dimana dia tinggal. Terima kasih karena telah mengingatkan saya tentang kekayaan sejati yang saya miliki, yakni keluarga. Bukan saya saja,ding. Tapi juga kamu yang membaca tulisan ini. Semoga Mas A juga tidak lama-lama bersedih ketika ditinggal pergi oleh keluarga yang disayangi. Saya yakin kok, njenengan akan dapat keluarga pengganti yang akan membuat semangat Mas A kembali menyala. Percaya saya.

Berkah dalem,


post scriptum: saya sempat mengambil foto si Mas A ini. Namun ketika saya mencari di hape saya, saya baru sadar kalau hape saya ini baru diformat. Dasar kampretos chocholatos! 






Komentar

Favorites

Makna

Tahu tidak apa yang paling penting di dunia ini? . . Mempertahankan, bukan mendapatkan. Berlaku untuk seluruh aspek kehidupan. Mulai dari karier, rejeki, Dan juga cinta… Hargailah hal-hal kecil yang ada di sekitarmu. Orang orang yang memperjuangkan dan kamu perjuangkan, Barang-barang keinginan yang kamu dapatkan dengan susah payah, Rawat dan hargailah apa yang kamu dapatkan sekarang ini, karena sebelum kamu mendapatkannya, kamu pernah menginginkannya, atau bahkan mendoakannya. Dan saya percaya, dari situlah kita belajar untuk menghargai hal hal yang kecil.

Realistis

Banyak yang bilang “realistis saja”. Banyak juga yang pesimis dengan apa yang saya lakukan saat ini. Mereka nyatanya tidak tahu arti sebenarnya dari “usaha”. Usaha bukan hanya meliputi “apa yang akan dihasilkan dan apa yang sedang dilakukan” Melainkan juga ; “Apa yang sudah dikorbankan?” “Apa yang sudah dikeluarkan?” “Apa keinginan yang sudah lama ditahan?” “Apa yang sudah dipasrahkan?” Dan ini inti yang paling penting ; “Apa sudah didoakan?” Hal hal seperti itu yang sepertinya luput dilihat oleh mereka mereka yang underestimate dengan usahamu. Ketahuilah, bahwa sejatinya mereka juga tidak ingin bekerja setiap hari. Yang ada di pikiran mereka sekarang adalah sibuk mencari laba dan untung, tapi dengan cara menindas sesame. Memang cepat dapat, tapi juga cepat hilang.                 Saya sendiri kadang juga takut. Merasa sendiri? Setiap hari saya merasa sendiri. Yang saya yakini sampai s...

Sambil tak Henti-Hentinya Berharap

Terima kasih atas segala energiku yang kuhabiskan untuk bersabar, berdoa, menunggu, sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih atas badan ini yang tahan terhadap gempuran angin malam sepulang dari gereja, hujan badai yang deras maupun rintik, panas yang menyengat sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih atas waktu dan kesempatan yang mempertemukanku dengan partnerku saat ini, yang tak segan dan berani mengajakku yang notabene tidak bisa apa apa ini untuk membuka usaha (semoga lancar kedepannya) sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih untuk orang orang hebat di belakangku. Mama, Grestikasari, Ojik, Clemen, Gerald dan Papa yang menempaku untuk hebat sambil tak henti-hentinya berharap. Terima kasih Tuhan Yesus, Terima kasih Semesta, Terima kasih Harapan, Sambil tak henti-hentinya berharap. Surabaya, 19 Februari 2019 Kaospolosclub Office Jl. Ngagel Jaya Barat No.33